Kisah Petualangan Dedi, 'Robin Hood' dari Batam (1)

Sekolahkan Anak Tetangga dan Bangun Masjid

Kisah Petualangan Dedi, 'Robin Hood' dari Batam (1)
Polisi memborgol pelaku. Foto ilustrasi: dokumen JPNN.Com
Bak Robin Hood, tokoh legendaris dalam cerita rakyat Inggris, Dedi malang melintang sebagai perampok yang baik hati. Harta hasil kejahatan dia bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Nah, ketika Dedi tertangkap, banyak warga yang bersedih.
 
GALIH ADI S., Batam
 
SEKILAS perawakan Dedi tidak meyakinkan sebagai perampok kelas kakap. Rambutnya acak-acakan. Sebagian besar malah sudah beruban. Siapa sangka, Dedi adalah pentolan kawanan perampok spesialis rumah mewah di Batam. Bukan hanya itu, wilayah operasi komplotan tersebut melebar sampai Malaysia, Thailand, Hongkong, dan Singapura.
 
Meski begitu, Dedi adalah perampok yang dermawan. Paling tidak, itulah anggapan orang-orang dekatnya yang tidak tahu profesi sebenarnya pria 38 tahun tersebut. Dedi dikenal karena sikap dermawannya kepada warga tidak mampu.
 
Dedi punya rumah di Cipta Emerald Batam. Namun, pria kelahiran Plaju, Palembang, Sumatera Selatan, itu ternyata sosok yang misterius. Ketua RT dan seluruh warga yang tinggal di perumahan tersebut tak mengenal Dedi. "Saya baru tahu kalau di perumahan ini ada warga yang bernama Dedi, perampok internasional, setelah ada pemberitaan di media," ujar salah seorang warga kepada Batam Pos (JPNN Group).
 
Sehari-hari Dedi lebih banyak menghabiskan waktu di Kantor Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Peduli Nusantara yang didirikannya pada 2010. LSM itu berada di Ruli Melchem RT 02, RW 05, Tanjungsengkuang. Bangunan LSM Peduli Nusantara terbuat dari papan berukuran 5 x 4 meter tepat di tengah perkampungan Sei Tering Melchem.
 
Mencapai kantor LSM itu tidak mudah. Harus menaklukkan jalan yang berliku. Sekitar 2 kilometer sebelum sampai ke kantor LSM, hampir semua warga sudah mengenal sosok Dedi.

Menurut salah seorang warga yang tak mau disebutkan namanya, Dedi gemar memelihara ayam. Itu diwujudkan dengan membuat kandang ayam dari kayu papan. Namun, Dedi tidak pernah menjual ayam-ayam tersebut. Sebaliknya, dia membagikan ayam-ayam itu kepada warga tiap menjelang hari besar keagamaan atau hari besar nasional.

"Pak Dedi itu sukanya hanya pelihara dan kasih makan ayam. Setelah besar, justru warga yang menikmati. Tak pernah sekali pun ayam peliharaannya itu dijual," ujarnya.

Meski bangunannya sederhana, papan nama LSM Peduli Nusantara begitu mencolok. Tulisan besar berwarna hitam dan merah menghiasi papan nama sepanjang 3 meter tersebut.

"Sebelum kantor ini digerebek, warga tiap sore dan malam selalu berkumpul di sini. Ngobrol-ngobrol aja. Pak Dedi tak pernah melarang warga main di kantornya. Justru dia menyarankan warga untuk tak segan main di kantornya," ujar Agus, ketua RW setempat.

Hanya, kata Agus, orang yang keluar masuk kantor itu tak pernah bersosialisasi dengan warga. Selama LSM Peduli Nusantara berdiri, tak banyak yang diajak Dedi ke kantornya.

"Warga tahunya mereka yang ke kantor itu adalah kawan Pak Dedi. Kita anggap kawannya juga orang baik. Terbukti, tidak pernah sekali pun orang yang dibawa Pak Dedi itu buat onar di sini. Biasanya kawannya itu baru ke kantor LSM menjelang magrib. Tak pernah mereka datang siang atau pagi," ungkap Agus.

Sejak kantor LSM milik Dedi diberi garis polisi, warga tidak berani mendekat. Lebih-lebih berkumpul seperti sebelumnya. "Sekarang sepi. Sebelum ada kejadian itu, teras kantor tersebut tak pernah sepi dari warga hanya untuk sekadar ngobrol," kata Agus.

Bak Robin Hood, tokoh legendaris dalam cerita rakyat Inggris, Dedi malang melintang sebagai perampok yang baik hati. Harta hasil kejahatan dia bagikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News