Banyak Anak-anak Australia Mengaku Stress dan Jadi Korban Bullying

Banyak Anak-anak Australia Mengaku Stress dan Jadi Korban Bullying
Banyak Anak-anak Australia Mengaku Stress dan Jadi Korban Bullying
Survei terhadap lebih dari 20.000 anak-anak di Australia menemukan satu dari empat anak-anak memiliki kekhawatiran soal keluarga atau masa depan mereka. Penelitian ini dilakukan oleh program ABC untuk anak-anak, Behind The News. Tampaknya tingkat kecemasan meningkat di kalangan anak-anak dan remaja Australia.

Psikolog anak Kirrilie Smout pernah mengadakan seminar di sekolah-sekolah dengan tema stres dan kecemasan pada anak-anak. Ia mengaku kalau ada alasan yang sangat kuat untuk melakukan seminar tersebut.

"...Ada kecenderungan orang dewasa meremehkan jumlah kecemasan di antara anak-anak," ujar Smout.

Tingkat kekhawatiran dan kecemasan inilah yang kemudian menjadi sorotan program khusus anak-anak di ABC, Behind The News.

"Kami melakukan survei yang melibatkan 20.000 responden, yang menjadikannya sebagai survei kesehatan mental anak-anak terbesar dalam sejarah di Australia. Kami benar-benar terkesan dengan respon yang didapatkan," ujar Nathan Bazley, produser sekaligus presenter acara TV Behind The News.

Banyak Anak-anak Australia Mengaku Stress dan Jadi Korban Bullying
Kebanyakan anak-anak Australia mengalami stress dan perilaku bullying.

Hasil survei menunjukkan satu dari empat anak merasa khawatir dan cemas sepanjang waktu. Kecemasan terutama berkaitan dengan keluarga mereka. Sementara itu, seperempat dari responden khawatir setiap saat tentang masa depan mereka.

Kekhawatiran dan kecematan lebih banyak dialami oleh anak perempuan, dengan jumlah mencapai 22 persen, dibandingkan dengan 15 persen dari anak laki-laki yang mengaku sangat cemas dengan kehidupan mereka. Tapi, hanya satu dari setiap lima anak yang lebih memilih  untuk tidak berbicara tentang keprihatinan dan kecemasan mereka.

"Saya rasa, sebagai masyarakat kita perlu menjaga dan mencari cara untuk menemukan pilihan bagi anak-anak agar berbicara. Dengan meningkatnya layanan kesehatan mental berbasis internet menjadi membantu, karena ada pilihan lain bagi anak-anak yang merasa sulit untuk berbicara tatap muka," kata Smout.

Terlepas dari keberadaan pelayanan, ia menegaskan pentingnya peran orang tua, terutama dalam melatih agar anak-anak mau mengungkapkan kekhawatiran dan kecemasan yang dialaminya.

Program Behind The News juga mengatakan dalam survei tersebut ditemukan adanya perlakuan bullying yang tinggi di kalangan anak-anak di Australia.

"Kami menemukan sekitar 67 persen dari anak-anak mengalami perlakuan bullying. Dari jumlah tersebut, sekitar 39 persen telah mengalaminya selama satu tahun bahkan lebih," jelas Nathan. "Ini adalah kejutan besar bagi saya khususnya. Saya tidak tahu bahwa bullying lazim dilakukan oleh anak-anak di Australia."

Meski tingginya tingkat stress dan bullying, tetapi 65 persen anak perempuan dan 63 persen anak laki-laki mengatakan bahwa mereka selalu atau lebih sering merasa bahagia.

Ikuti berita dan cerita inspiratif dari Australia di halaman Facebook Australia Plus Indonesia: facebook.com/AustraliaPlusIndonesia.


Survei terhadap lebih dari 20.000 anak-anak di Australia menemukan satu dari empat anak-anak memiliki kekhawatiran soal keluarga atau masa depan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News