Presiden Hanya Simbolis, Vietnam Punya PM Baru

Presiden Hanya Simbolis, Vietnam Punya PM Baru
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com - HANOI – Parlemen Vietnam menunjuk Nguyen Xuan Phuc sebagai perdana menteri (PM), Kamis (7/4) kemarin. Akhir pekan lalu, mereka memilih Jenderal Polisi Tran Dai Quang sebagai presiden, jabatan yang sebenarnya hanya simbolis.

”Saya akan melakukan yang terbaik untuk kebaikan seluruh rakyat dan negeri ini,” ungkap Phuc setelah pengumuman hasil voting parlemen yang memenangkan dirinya.

Sebelumnya, pria 61 tahun itu menjabat wakil PM. Kemarin dia mendapatkan dukungan 90,26 persen suara di parlemen. Maklum, dia merupakan satu-satunya kandidat PM dalam voting.

Phuc akan menggantikan kepemimpinan Dung selama lima tahun ke depan. Tapi, para pengamat politik yakin tidak akan ada perubahan dalam pemerintahan baru tersebut. Sebab, Phuc adalah orang lama yang kiprah politiknya tidak beda jauh dengan Dung. ”Nguyen Xuan Phuc bukan sosok istimewa. Tidak akan ada yang berubah di bawah kepemimpinannya,” tegas Jenderal Nguyen Trong Vinh.

Pada masa akhir kepemimpinannya, Dung panen kritik. Itu disebabkan korupsi yang terjadi di hampir semua lini pemerintahan. Selain itu, dia dianggap tidak becus mengurusi perekonomian di sektor pemerintahan. ”Akan sangat sulit bagi Phuc mengatasi masalah-masalah ekonomi yang ditinggalkan pemerintahan sebelumnya,” ungkap Tran Tuan Hung, tokoh senior Partai Komunis Vietnam.

Selain korupsi dan lambatnya perekonomian Vietnam, warisan Dung untuk Phuc adalah utang negara. ”Bagaimana dia bisa mengatasi korupsi, utang negara, dan defisit anggaran sekaligus? Sebaiknya, kita tidak usah terlalu berharap kepadanya,” papar Hung.

Di Vietnam, transisi pemerintahan biasanya berjalan sangat lambat. Kepala negara maupun kepala pemerintahan baru menjalankan tugas sekitar enam bulan setelah menerima mandat. Sebab, Partai Komunis Vietnam harus mengadakan kongres lebih dahulu dan memintakan restu pemerintahan dari Dewan Nasional. Tapi, kali ini transisi bakal selesai sebelum lawatan Presiden Barack Obama pada Mei. (AFP/Reuters/hep/c6/ami)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News