150 Balita di 2 Desa yang Dikuasai KKB, Kondisi Menyedihkan

150 Balita di 2 Desa yang Dikuasai KKB, Kondisi Menyedihkan
Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar (kanan) ketika memberikan penjelasan kepada media di Hotel Rimba Papua, Kamis (16/11). Foto: MAYER SARIOA/RADAR TIMIKA/JPNN.com

“Berapa petugas kita yang gugur ketika harus mengamankan lingkungan yang ada, dari pengaruh serangan-serangan dari KKB ini. Kondisi mencekam, masyarakat tidak memiliki kebebasan, tidak mendapatkan suplai makanan yang layak, tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Semua ini dapat dikatakan telah terjadi pelanggaran terhadap hak hidup manusia, yang ada di sana dan dilakukan oleh KKB,”tegas Kapolda.

Menurut Boy Rafli, pihaknya saat ini masih terus berupaya mencari jalan keluar untuk melakukan evakuasi terhadap warga yang berada di Kampung Banti dan Kimbel.

“Kami akan berpikir hal itu terus bersama dengan TNI lewat Satgas Terpadu, untuk melakukan upaya penyelamatan terhadap warga yang masih ada di dua desa itu,” paparnya.

Menurutnya Kapolda, anggota KKB yang saat ini berada di Distrik Tembagapura, yang melakukan aksi teror kepada warga sipil maupun melakukan penembakan terhadap aparat keamanan, bukan merupakan warga asli dari dua kampung yakni Banti dan Kimbeli.

“Harus dipahami bahwa mereka yang kita kategorikan KKB ini, bukan orang Banti dan Kimbeli. Mereka datang dari wilayah-wilayah kabupaten lain, dengan berjalan kaki. Memang ada warga yang memiliki nama keluarga yang sama, tetapi ini bukan berarti mereka ini satu tempat tinggal. Jadi mereka jalan kaki ada yang satu hari, dua hari,”jelas Kapolda.

Selanjutnya menurut Boy Rafli, bahwa saat ini akses jalur darat dari Kota Tembagapura menuju ke Kampung Banti, sudah tidak bisa dlewati dengan menggunakan kendaraan.

Pasalnya, akses ruas jalan tersebut telah dirusak oleh KKB di tiga titik, dengan menggunakan alat berat.

“Diantara jalur Kampung Longsoran Utikini sampai Banti itulah KKB sudah merusak jalan, dengan cara membuat lubang di tiga titik. Hal ini membuktikan bahwa mereka sudah punya niat untuk mengisolasi warga. Mereka membajak excavator yang ada milik salah satu kontraktor, yang mereka gunakan untuk melakukan pengrusakan akses jalan,”ungkapnya.

Jumlah warga yang masih berada di dua kampung Banti dan Kimbeli sekitar 1.300 orang. Dari jumlah tersebut diperkirakan sekitar 150 anak bayi dan balita.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News