16 Bulan Rodrigo Duterte jadi Presiden, Aman tapi Mencekam

16 Bulan Rodrigo Duterte jadi Presiden, Aman tapi Mencekam
Angkutan kota khas Filipina Jeepney, menenuhi jalanan di kawasan Roxas Boulevard, Pasay, Metro Manila. Kawasan ini dianggap salah satu titik paling tidak aman di Manila. Foto: Ainur Rohman/Jawa Pos

Ilagan yang merupakan anggota keluarga salah satu klan politisi yang disegani di Filipina justru curiga mayat-mayat yang bergelimpangan di jalanan itu adalah hasil peperangan sesama gembong narkotika.

”Suatu kali saya pernah menanyakan kepada seorang saksi mata siapa yang sebenarnya membunuh orang-orang ini. Nah, si saksi itu mengatakan polisi. Saya tanya lagi, indikasinya dari mana? Jawabnya adalah dari baju bertulisan polisi yang dipakai orang itu,” kisah Ilagan.

”Saya tertawa mendengar jawaban tersebut. Ayolah, semua orang bisa saja mencetak kaus bertulisan polisi,” imbuhnya.

Ilagan memprediksi Duterte membiarkan gembong-gembong narkoba berperang dan saling bunuh sendiri.

Semakin sedikit penjahatnya, pemerintah dan polisi akan lebih mudah mengontrol kejahatan. ”Buktinya, kasus kriminal menurun drastis,” ucapnya.

Manila yang semakin aman itu juga dirasakan Rosyidan, pendiri majalah Mainbasket. Pria asal Mataram tersebut pernah pergi ke Filipina pada 2013. Waktu itu suasana memang terlihat cukup genting.

Bahkan, sebuah pom bensin kecil saja sampai harus dijaga petugas yang mencangklong senjata laras panjang M-16. Dan ketika kembali datang ke Manila tahun ini, pemandangan tersebut tidak ada lagi.

”Seorang pemain basket Filipina pernah bercerita kepada saya bahwa perdagangan narkoba di Filipina itu seperti jualan permen saja. Bebas sekali,” kata Idan, panggilannya.

Rodrigo Duterte baru 16 bulan jadi Presiden Filipina. Manila terasa lebih aman, tapi juga mencekam. Melihat mayat bergelimpangan di jalan itu hal biasa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News