187 Staf Google Kena Dampak Aturan Imigrasi Trump

187 Staf Google Kena Dampak Aturan Imigrasi Trump
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com - jpnn.com -Kebijakan imigrasi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menuai kecaman. Tak hanya personal, sejumlah perusahaan multinasional mulai berani mengkritik langkah Trump mengatur pendatang dari tujuh negara Islam.

Salah satunya adalah Google Inc.

Sabtu (28/1) kemarin, Google memanggil pulang seluruh stafnya yang berada di luar negeri. "Kami mencemaskan dampak aturan (imigrasi, Red) yang baru. Sebab, aturan tersebut akan langsung memengaruhi staf (asing) Google dan keluarga mereka,” ujar Chief Executive Google Sundar Pichai kepada Wall Street Journal.

Dia menyatakan, pengetatan aturan imigrasi terhadap para pendatang dari tujuh negara Islam itu berdampak langsung kepada 187 staf Google.

Karena itu, dia langsung menginstruksikan seluruh staf asing yang berada di luar AS untuk segera pulang. Jika para staf tersebut sedang berdinas, Pichai memerintah mereka langsung mengakhiri tugas dan pulang ke AS. Sementara itu, mereka yang sedang berlibur diimbau segera mengakhiri liburannya. Dia berharap seluruh staf asing Google itu masih sempat pulang.

”(Aturan) Ini adalah halangan besar bagi AS untuk memperoleh talenta-talenta terbaik dari seluruh penjuru dunia,” kata Pichai. Dia mengaku sedih karena mengetahui bahwa sebagian staf Google akan terimbas kebijakan Trump tersebut.

Sebagai pendatang, pria 44 tahun itu menyesalkan dekrit kontroversial tentang imigrasi. Apalagi, presiden AS sengaja menargetkan tujuh negara Islam tersebut melalui dekritnya.

Apa yang dikhawatirkan Pichai terjadi di Mesir kemarin. Enam penumpang EgyptAir tujuan New York ditolak terbang. Sebab, mereka berasal dari negara yang menjadi target kebijakan imigrasi baru AS. Lima warga Irak dan satu warga Yaman yang transit di Bandara Internasional Kairo itu dicegat dan diminta pulang ke negaranya masing-masing. Padahal, mereka memegang visa resmi.

Kebijakan imigrasi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menuai kecaman. Tak hanya personal, sejumlah perusahaan multinasional mulai berani mengkritik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News