2010: Ekonomi setelah Tsunami Century

Korporasi Terus Bergerak, Politik Kurang Dihiraukan

2010: Ekonomi setelah Tsunami Century
2010: Ekonomi setelah Tsunami Century
Sistem politik untuk menyelesaikannya sudah ada. Yakni, sebuah jalan yang sangat panjang: menunggu putusan pengadilan, menunggu sidang-sidang DPR, menunggu sidang-sidang di Mahkamah Konstitusi, kembali lagi proses di DPR, dan akhirnya masih harus ada satu proses lagi di MPR. Yakni, Presiden SBY mengajukan dua calon pengganti. Lalu, MPR yang akan memilih salah satunya.

 

Semua itu memang akan menimbulkan kehebohan yang luar biasa. Tapi, kehebohan tersebut hanya akan berputar di kalangan elite. Rakyat hanya akan menontonnya dengan rasa lelah. Sektor korporasi akan bergerak sendiri tanpa menghiraukan proses politik itu. Bahkan, dengan cara sekarang, saat TV-TV menyajikan kehebohan tersebut ibarat infotainment, rakyat justru bisa melihat hiburan politik.

 

Pembangunan ekonomi nasional kini tidak lagi hanya ditentukan oleh pemerintah dan kaum politisi. Globalisasi ekonomi telah membuat ekonomi Indonesia terikat kuat dengan sistem ekonomi internasional yang kian baik dan maju. Ekonomi Indonesia sudah tidak bisa melepaskan diri lagi dari "campur tangan" ekonomi internasional seperti itu.

 

Faktor lain yang membuat ekonomi optimistis adalah: peran rakyat dan korporasi sudah jauh lebih besar dari peran pemerintah sendiri. Kalau pemerintah, lewat APBN, hanya bisa menggerakkan dana Rp 1.000 triliun setahun untuk pembangunan ekonomi nasional, rakyat dan korporasi bisa menggerakkan dana puluhan kali lebih besar. Ada yang menyebut sampai Rp 50.000 triliun setiap tahun. Itu berarti kemampuan rakyat dan korporasi sudah 50 kali lipat kemampuan pemerintah.

 

SERATUS hari pertama masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono yang pertama dulu diguncang oleh bencana sangat besar: tsunami Aceh. Konsentrasi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News