37 Derajat

Oleh Dahlan Iskan

 37 Derajat
Foto/ilustrasi: disway.id

Antre keempat adalah untuk mendapatkan stiker. Paspor dicatat lagi. Diperiksa lagi. Baru diberi stiker. Untuk ditempel di dada.

Antrean berjalan lambat. Tenda hanya menahan terik. Tidak bisa menahan panas. Panas di bawah tenda justru seperti mendidih. Beberapa orang barat basah kuyup. Oleh keringat mereka.

Antrean saya lebih lambat. Lelaki di depan saya tidak bawa paspor. Hanya KTP warna merah. Saya pikir penduduk asli Thailand. Huruf di KTP itu mlungker-mlungker.

Petugas mengalami kesulitan mencatat yang mana nama dan mana alamat. Setelah konsultasi sana-sini barulah diketahui. Itu KTP Kamboja.

Giliran saya tidak ada masalah.

Antrean kelima juga berjalan lambat tetapi menyenangkan: memilih topi. Gratis. Banyak modelnya. Banyak pula pilihan warnanya.

Saya ambil yang warna kuning. Meski modelnya tidak menarik, tetapi warna kuning itu penting. Untuk mengamuflase kaus saya yang warna abu-abu gelap.

Saya bisa membayangkan alangkah panasnya Raja Rama X ini. Saat ditandu keluar dari istana. Menuju tiga pagoda. Lewat jalan-jalan raya di pusat kota. Salah satunya pagoda dengan patung Buddha zamrud.

Panas. Menyengat. Lembab. Kemringet. Suhu udara 37 derajat. Matahari seperti turun lebih dekat ke bumi. Saya tidak kuat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News