39 Persen Orang Tua Tak Setuju PTM, KPAI: Pemerintah tidak Boleh Mengabaikan Suara Mereka

39 Persen Orang Tua Tak Setuju PTM, KPAI: Pemerintah tidak Boleh Mengabaikan Suara Mereka
Komisioner KPAI Retno Listyarti (Bu Retno) membeberkan fakta hasil pantauan tim gabungan untuk menyelesaikan kasus tiga siswa tak naik kelas selama tiga tahun berturut-turut lantaran agama yang dianut. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

Pertama, mereka beralasan bahwa anak-anak sudah jenuh pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan sibuk dengan gadgetnya untuk memainkan permainan daring atau media sosial.

Kedua, karena anak-anak dianggap sudah terlalu lama PJJ, sehingga mengalami penurunan karena ketidakefektifan proses pembelajaran. Ketiga, bila anak-anak dan sekolah menerapkan protokol ketat, penularan Covid-19 bisa diminimalkan.

“Data tersebut menunjukkan bahwa alasan  para orang tua yang menyetujui PTM 100 persen meskipun kasus Covid-19 sedang meningkat adalah mengkhawatirkan “learning loss” pada anak-anak mereka, karena mereka menilai PJJ kurang efektif,” ungkapnya. 

Alasan orang tua peserta didik yang tidak menyetujui kebijakan PTM 100 persen, yaitu anak belum mendapatkan vaksin atau belum divaksin lengkap dua dosis.

Lalu, anak-anak sulit dikontrol perilakunya, terutama peserta didik TK dan SD. 

Jika kapasitan PTM 100 persen, maka anak-anak selama pembelajaran sulit jaga jarak.

Kemudian, karena meningkatnya kasus Covid-19, khususnya Omicron.

“Mayoritas orang tua yang tidak menyetujui kebijakan PTM 100 persen memiliki alasan kesehatan, yaitu meningkatnya kasus Covid-19, terutama Omicron yang memiliki daya tular tiga kali sampai lima kali lipat dari Delta,” tambah Retno.

Komisioner KPAI Retno Listyarti mengungkapkan, 39 persen orang tua tak menyetujui kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM). Dia meminta pemerintah jangan mengabaikan hal ini.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News