5 Mahasiswa Universitas Brawijaya Melakukan Terobosan Teknologi Pembuatan Minyak Cacing

Kata Cold Corona berarti adanya lecutan listrik yang berpindah dari satu elektroda ke elektroda lainnya tanpa menghasilkan panas, sehingga tidak merusak produk. T
Dia menjelaskan teknologi ini memiliki dua chamber utama dan alat distilasi.
Chamber tersebut meliputi Chamber HI-CC dan press chamber.
Pada chamber pertama akan dilakukan elektroporasi pada radiasi tegangan tinggi, yakni tegangan input sebesar 15-20V dan tegangan output 43-50kV selama 30 detik dan frekuensi 1 Hz.
Press Chamber berfungsi sebagai chamber penyaring untuk memisahkan minyak dan ampas cacing.
Cara kerja alat ini, lanjutnya, dengan mencampurkan tepung cacing dan coconut oil sebagai pelarut pada chamber pertama.
Di dalam chamber ini akan dilakukan proses elektroporasi sel selama 30 detik pada suhu 400C serta pengadukan menggunakan stirrer untuk menghomogenkan bahan dan mengoptimalkan proses radiasi tegangan tinggi.
"Hasil ekstraksi dituangkan pada chamber pressure yang terdapat jaring-jaring untuk menyaring antara ampas cacing dan minyak. Setelah itu, minyak hasil penyaringan akan didistilasi agar menghasilkan minyak cacing murni," ujarnya.
Sebanyak lima mahasiswa dari dua fakultas di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, membuat terobosan teknologi pembuatan minyak cacing berbasis metode elektroporasi sel yang diberi nama High Intensity Cold Corona atau HI-CC.
- Jadi Pelopor AI, BINUS University Dorong Ekosistem Kerja Kreatif Berbasis Teknologi
- Kisah Rina Santi, Sukses Menginspirasi Perempuan lewat Komunitas Women in Energy
- Pertama di Indonesia, Pertamina NRE Manfaatkan AI untuk Memastikan Keandalan PLTS
- Bantu Nelayan, HNSI Dorong Pemerintah Pakai Teknologi Alternatif
- PT Ceria Siap Jadi Pemain Global di Industri Nikel, Produksi FeNi Perdana Akhir April
- IDCI Soroti Dampak Relaksasi TKDN Sektor TIK Terhadap Kemandirian Teknologi Nasional