50 Ribu Anak Terancam Mati Sia-Sia di Yaman Akhir Tahun Ini

50 Ribu Anak Terancam Mati Sia-Sia di Yaman Akhir Tahun Ini
Kamp penampungan korban perang di Provinsi Hajjah, Yaman. Foto: The New YorkTimes

’’Konflik Yaman telah membuat salah satu negara termiskin di Timur Tengah itu menjadi negara dengan krisis kemanusiaan terparah di dunia.’’ Demikian bunyi keterangan Yaman Can’t Wait, organisasi yang mewadahi gerakan peduli Yaman, sebagaimana dikutip harian Le Monde.

Saat ini, kelompok tersebut tengah menggalang dukungan dari para pemimpin dunia untuk menyudahi perang di Yaman.

Sejauh ini, Yaman Can’t Wait sudah mendapat dukungan dari 350 tokoh. Mulai politisi, seniman, rohaniwan, pemuka masyarakat, sampai warga biasa.

Para pendukung gerakan peduli Yaman itu membubuhkan tanda tangan dalam surat terbuka untuk Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis. Mereka mendesak tiga negara yang berkoalisi dengan Saudi itu berhenti menyerang Yaman.

Yaman Can’t Wait mengalamatkan surat terbukanya kepada Presiden AS Donald Trump, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May.

’’Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB, mereka harus bisa mewujudkan perdamaian lewat gencatan senjata dan dialog,’’ desak perwakilan organisasi yang beranggota para aktivis perdamaian lintas negara tersebut.

Peter Gabriel, salah seorang aktivis kemanusiaan yang terlibat aktif dalam aksi Yaman Can’t Wait tersebut, menyatakan bahwa saat ini 22 juta warga Yaman bergantung pada bantuan dari luar untuk bertahan hidup.

Itu adalah jumlah tiga perempat penduduk Yaman. ’’Setiap sepuluh menit, seorang anak meninggal karena kelaparan atau penyakit,’’ ungkapnya.

Foto-foto yang beredar luas di dunia maya tentang anak-anak Yaman yang kelaparan dan kurang gizi, menurut Anning, memang benar. Bahkan, lebih dari itu

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News