7 Poin Kegagalan Politik Identitas Dalam Pertarungan Elektoral Pilpres 2019

Oleh: Girindra Sandino

7 Poin Kegagalan Politik Identitas Dalam Pertarungan Elektoral Pilpres 2019
Peneliti 7 (Seven) Strategic Studies, Girindra Sandino. Foto: Ist for JPNN.com

Kedua, karena ikatan dan rasa kebangsaan di kita cukup kuat sehingga identitas asal atau primodial seperti agama, suku, ras dan golongan tidak laku sebagai “jualan” dalam politik electoral.

BACA JUGA: Boni: Politik Identitas di Indonesia Sudah Kebablasan

Ketiga, politik identitas di seluruh dunia ada dan tidak akan bisa hilang, tapi lama kelamaan perannya menurun pada tataran kuaantitas karena kedewasaan dan kematangan berdemokrasi di tiap negara, karena inklusifisme antar golongan terus meingkat, melumerkan blok-blok budaya (cultural blocks) antar golongan.

Keempat, Prabowo dalam setiap kali pidato politiknya selalu dihiasi dengan retorika yang bernuansa “kelas”dan identitas pribumi, hal ini justru merugikan Prabowo sendiri, oleh karena kontras dengan citra diri dan rekam jejaknya.

Kelima, Narasi politik identitas yang dilontarkan oleh kubu Prabowo-Sandi, cepat di counter oleh kubu Jokowi dengan menjalankan strategi kontra-black campaign. Sehingga pembicaraan di ruang public mengenai politik identitas dengan cepat diredam, walau masih saja ada suara-suara lantang yang mendukung membabi buta narasi politik identitas kubu Prabowo-Sandi

Keenam, penggunaan isu agama sebagai alat untuk meraih dukungan kelompok Islam, melalui Ijtima Ulama II, telah terdegradasi sendiri, disamping terjadi perpecahan. Ulama-ulama yang menunjuk Prabowo-Sandi sebagai wakilnya dalam setiap penyampaian dukungan kepada Prabowo-Sandi, selalu dengan ucapan kebencian, kemarahan, kedengkian, sehingga hal ini membuat masyrakat menjadi takut dan resah. Dan dapat dibilang dukungan ulama-ulama, khususnya yang berlaga keras malah merugikan Prabowo-Sandi dalam menggaet suara pemilih, alias menjadi blunder politik. Karena saat ini masyarakat sudah cerdas dalam hal memilih pemimpin, termasuk siapa pendukungnya. Isu agama sangat sedikit korelasinya dengan peningkatan elektabilitas Prabowo-Sandi.

Ketujuh, adalah peran pemerintah sendiri yang saat ini responsif terhadap gejala-gejala yang mengarah kepada isu-isu politik identitas, penyebaran hoax, fitnah, dan lain-lain. Peran Persiden Jokowi sebagai Capres bersama Cawapres K.H Ma’ruf Amin dan timnya, cukup signifikan dalam meredam dan membloking meluasnya politik identitas tersebut.(***)

*) Girindra Sandino (Peneliti 7 (Seven) Strategic Studies)


Menarik untuk diperhatikan mengapa politik identitas dalam Pemilu/Pilpres 2019 tidak berpengaruh atau berkorelasi dengan peningkatan elektabilitas pasangan Capres-Cawappres Prabowo-Sandi. Ada beberapa poin yang dapat dianalisa dan diungkapkan.


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News