Abdala

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Abdala
Dua biarawati di Havana setelah divaksinasi dengan vaksin Covid-19 Kuba, Abdala. Foto: RAMON ESPINOSA/AP - El Pais

Kuba dengan cepat mewajibkan masker wajah dan menerapkan lockdown serta karantina wilayah yang ketat. Pelanggaran terhadap regulasi pandemi dijatuhi hukuman denda atau bahkan penjara.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi Amerika Latin sebagai pusat baru pandemic. Namun, Kuba membuktikan sebagai negara yang sukses menangani pandemi dengan kemampuan mandirinya.

Data resmi menunjukkan Kuba jauh lebih aman dibanding Meksiko maupun Brasil. Orang Kuba sekarang 27 kali lebih kecil kemungkinannya untuk tertulari dibandingkan orang Meksiko, dan lebih dari 70 kali lebih mungkin tidak terinfeksi daripada orang Brasil.

Data yang dilansir oleh The Guardian menunjukkan dengan populasi sebelas juta Kuba mencatat 2.200 kasus dan 83 kematian. Ini berarti Kuba hanya memiliki 0,73 kematian per 100.000 penduduk, jauh di bawah Brasil di angka 17,4.

Penanganan dilakukan dengan sangat cermat, sehingga oleh The Guardian disebut secermat cara kerja arloji Swiss.

Kalau ada seorang pekerja dinyatakan positif, otoritas memindahkannya ke rumah sakit, memberi antivirus dan penguat sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang menjadi kontak akan dikirim ke karantina selama dua minggu.

Ini menggambarkan pendekatan keras yang diambil Kuba untuk mengekang wabah. Sistem perawatan kesehatan dilakukan secara preventif, tersentralisasi, ditambah dengan tindakan pemaksaan khas rezim komunis.

Sistem preventif dilakukan dengan menyediakan layanan vaksinasi terhadap seluruh penduduk. Capaian kesehatan ini menjadi kebanggaan Kuba. Apalagi musuh utama mereka, Amerika Serikat, bisa disebut masih pontang-panting menghadapi pandemi.

Vaksin Nusantara tidak jelas nasibnya, Abdala dan Vaksin Nusantara, nasibnya memang sangat berbeda.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News