ACFTA jadi Peluang Sekaligus Ancaman

Pemerintah Diminta Benahi Perekonomian

ACFTA jadi Peluang Sekaligus Ancaman
ACFTA jadi Peluang Sekaligus Ancaman
JAKARTA - Pemerintah diminta segera membenahi perekonomian dalam negeri guna menghadapi ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Jika perekonomian tidak segera dibenahi, Indonesia akan kembali ke struktur ekonomi kolonial.

Hal tersebut disampaikan mantan Menko Perekonomian, Rizal Ramli dalam sebuah diskusi tentanng ASEAN-China FTA di Jakarta, Selasa (12/10. "Kalau terus begini, kita akan kembali ke struktur ekonomi kolonial. Dimana kita hanya bisa menjadi penghasil sumber bahan mentah, penghasil sumber daya murah dan menjadi pasar bagi Eropa,” ujar Rizal Ramli.

Ditegaskan Rizal, Indonesia bisa keluar dari keterpurukan asalkan tidak meganut mazhab neo-liberalisme (neolib). Mazhab neolib, lanjutnya, seolah hanya menganggap kuatnya kurs sebagai rupiah menjadi hal yang baik. "Tapi sebenarnya untuk industri, semakin rendah nilai rupiah akan membantu penjualan dan penyerapan hasil produksi lokal di dalam negeri atau pun untuk ekspor,” tegas mantan Menko Perekonomian di era Presiden Gus Dur itu.

 

Demikian juga dengan masalah bunga kredit. Rizal menegaskan, paham neolib menilai sah saja jika tinggi. Namun untuk mendukung industrialisasi, seharusnya bunga kredit rendah. ”Saya tidak alergi dengan FTA. Namun kita harus punya strategi, bukan kebijakan ugal-ugalan. Kalau FTA untuk sektor tambang, sawit, perikanan, dan LNG, saya dukung karena kita siap,” lanjutnya.

 

JAKARTA - Pemerintah diminta segera membenahi perekonomian dalam negeri guna menghadapi ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Jika perekonomian tidak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News