ACFTA jadi Peluang Sekaligus Ancaman
Pemerintah Diminta Benahi Perekonomian
Selasa, 12 Januari 2010 – 20:24 WIB
ACFTA jadi Peluang Sekaligus Ancaman
Dalam kesempatan sama, pakar Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Syamsul Hadi mengatakan, ancaman banjirnya produk China ke pasar dalam negeri Indonesia merupakan tantangan dan pekerjaan rumah bagi Indonesia. Dia mengingatkan pemerintah tentang adanya ancaman hilangnya lapangan pekerjaan formal karena tutupnya perusahaan manufaktur akibat produknya kalah bersaing dengan produk China.
Baca Juga:
“Sekarang ini sekitar 62 persen dari tenaga kerja kita bekerja disektor informal seperti usaha kecil-menengah. Ketika perusahaan ditutup dan industri menjadi importir saja, akan semakin banyak porsi tenaga kerja informal jadi penonton di Indonesia,” tuturnya.
Dicontohkannya, pangsa pasar industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia di dalam negeri yang saat ini semakin menurun. Pada 2005, penguasaan industri TPT lokal terhadap pasar domestik mencapai 57 persen namun anjlok menjadi 23 persen pada 2008. ”Bagaimana kalau tarif produk itu menjadi nol persen?” tanya Syamsul.
Sedangkan Kepala Departemen Ilmu Ekonomi dari FEUI, Prof Suahasil Nazara menilai perjanjian perdagangan bebas antara ASEAN-China FTA merupakan peluang perdagangan yang penuh ancaman. ”Walaupun banyak ancaman, tapi ini (ACFTA) tetap peluang bagi perdagangan Indonesia,” katanya.
JAKARTA - Pemerintah diminta segera membenahi perekonomian dalam negeri guna menghadapi ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Jika perekonomian tidak
BERITA TERKAIT
- Ketum HIPPI Jaksel Apresiasi Langkah Berani BI Perluas Ekspansi QRIS Lintas Negara
- Siap Tingkatkan Ekraf, Gempar Targetkan Sulut Jadi Pintu Gerbang Asia Pasifik
- Bank Mandiri Catat Transaksi Digital Makin Meningkat
- Harga Emas Antam, UBS, dan Galeri24 Hari Ini Kembali Merosot Tajam
- Harga Emas Antam Hari Ini 3 Mei Turun, Jadi Sebegini Per Gram
- PLN Indonesia Power UBH Raih Penghargaan Gold Medal Bintang 4 WISCA Award 2025