Ada Kesamaan Cerita dari Para Pekerja COVID-19 di Australia dan Indonesia
Bila warga membuka pintu mereka, tim akan mengajukan serangkaian pertanyaan dan menanyakan apakah mereka mau dites COVID-19.
"Jika ya, lanjut pertanyaan selanjutnya. Jika tidak, kami langsung stop. Karena banyak kejadian ada warga yang bersikap agresif," jelas Siska.
Siska mengatakan beberapa warga menempelkan secarik kertas yang ditempelkan di pintu rumahnya dengan menuliskan mereka tidak mau dites.
"Jangan mengetok pintu. Kami tidak akan mau menjalani tes," tulis satu pesan.
"Untuk tim COVID-19, kami sudah menjalani isolasi selama enam bulan. Kami tidak memiliki gejala dan kami mau mengambil resiko dengan kesehatan kami dengan melakukan tes. Tolong jangan ketok pintu," tulis yang lain.
Pemerintah Victoria memberikan bantuan uang bagi mereka yang terpaksa tidak bekerja saat menunggu hasil tes, tapi tetap saja ada warga yang khawatir tidak akan bisa bekerja jika dinyatakan positif COVID-19.
Bulan Juli lalu ada pula laporan jika lebih dari 10 ribu warga Melbourne yang tinggal di kawasan 'hotspot' penularan virus corona menolak dites, karena mereka percaya jika virus ini sebagai sebuah konspirasi.
Anggara Widyartanto sudah menjadi relawan COVID-19 di kota Surabaya sejak awal pandemi
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Indonesia Mengutuk Keras Aksi Biadab Warga Sipil Israel di Perbatasan Gaza
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara