Ade Purnama si Penggagas Sahabat Museum

Wadah Belajar Sejarah dengan Cara Enjoy dan Funky

Ade Purnama si Penggagas Sahabat Museum
Berfoto di depan bangkai Kapal Perang Jepang "Tosimaru" yang hancur dibom pesawat Amerika Serikat pada tahun 1944, di Pantai Kao, Halmahera Utara, Maluku Utara. Foto; Sahabat Museum for Jawa Pos

Iuran dikenakan sebagai keperluan akomodasi keberlangsungan Sahabat Museum. Di antaranya, membeli pulsa dan membayar jaringan internet. Ade tidak memungkiri bahwa dirinya juga mendapat bagian. Namun, dia tidak mau menyebutkan secara pasti besaran rupiah yang didapat.

Dia menganggap, jasa yang diberikan Sahabat Museum itu sebagai sebuah layanan profesional. Tetapi, dia tetap mengatakan bahwa Sahabat Museum masih bersifat swadaya, belum ada sponsor atau donatur yang memberikan bantuan dana.

Ade menjelaskan, iuran yang ditentukan itu relatif murah. "Apa lagi jika dibandingkan dengan ilmu sejarah yang didapat," katanya.

Menurut Ade, banyak member Sahabat Museum yang rela merogoh kocek untuk mendapatkan pengalaman baru mempelajari sejarah. Apalagi, tutur Ade, pembelajaran sejarah lewat Sahabat Museum dengan sistem berkunjung langsung ke sebuah museum menjadi alternatif yang menyenangkan. "Saya tegaskan, ini hanya alternatif. Sebuah variasi belajar yang fungky," kata bungsu di antara empat bersaudara itu.

Ada satu komunitas di Jakarta yang menghimpun siapa saja yang ingin belajar sejarah dengan cara lebih santai sambil pelesiran. Bahkan, bisa berpelesir

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News