Agus Johanes Setyabudi Si Pencinta Batu Alam

Tukar Batu Alam dengan Bibit Tanaman

Agus Johanes Setyabudi Si Pencinta Batu Alam
Agus Johanes Setyabudi di antara batu-batuan miliknya. Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos

Dari kejadian itulah, Hans membuat gerakan untuk melakukan hal serupa di beberapa wilayah di Indonesia. Beberapa aktivis, baik pencinta batu alam ataupun lingkungan, turut menerapkan ide dan gagasannya tersebut. Bahkan, Hans tidak segan menjual batu –yang katanya di pasaran harganya mahal– dengan bayaran bibit pohon untuk mengisi hasil pengerukan batu tersebut. ’’Saya punya banyak batu, yang mahal banyak. Tapi, saya kumpulkan batu itu, lalu saya tukar dengan bibit,’’ tuturnya.

Tanpa lelah, dia selalu menekankan betapa pentingnya kualitas daripada kuantitas. Hal itu, menurut Hans, mampu membangkitkan ekonomi rakyat Indonesia.

’’Kalau dieksploitasi terus-menerus, nanti orang yang menjual bakso, mi goreng, es buah ganti profesi jadi penjual akik. Terus kita makan apa? Saya tidak mau itu terjadi,’’ kata Hans sambil menunjukkan foto-foto di wilayah Palembang. Di wilayah itu, mayoritas pedagang makanan di satu pasar beralih menjadi penjual batu-batu alam.

Hans membuktikan, mencintai batu alam tidak selalu mengoleksi, mengeksploitasi, dan mengeruknya tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan. Rasa cinta yang dimilikinya justru menunjukkan nilai estetika dari kekayaan alam di Indonesia. Sebuah nilai yang dilupakan dan hanya dihargai sebatas rupiah.

’’Saya pribadi memandang kekayaan batu alam Indonesia ini sebagai sebuah sarana. Karena dengan keindahan batu ini, saya bisa menangkap rahmat Allah,’’ kata Hans dengan mata berkaca-kaca. (*/c7/ayi)

Booming batu alam atau lebih sering disebut batu akik dimaknai berbeda oleh Agus Johanes Setyabudi. Kemunculan batu-batu itu, menurut dia, merupakan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News