Airbag Pelita

Oleh: Dahlan Iskan

Airbag Pelita
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Maka menara punya rencana berikutnya: membangunkan mereka dengan cara lain. Tunggu dua menit lagi. Tunggu genap 30 menit.

Caranya: menara akan meminta bantuan TNI AU untuk melacak keberadaan Batik Air itu: dengan pesawat tempur kecepatan tinggi.

Pesawat tempur itu akan bermanuver di dekat Batik Air tersebut –dengan suaranya yang menggelegar.

Sebelum itu dilakukan ternyata pilot sudah terbangun. Rupanya auto-bangun di otak pilot juga berfungsi: bisa bangun sebelum 30 menit.

Saya juga tenang saja di tengah guncangan cuaca buruk. Saya percaya pada ilmu pengetahuan. Pada teknologi pesawat. Juga pada prosedur tesnya: sebelum pesawat diizinkan beroperasi pasti sudah dicoba terbang di cuaca yang terburuk yang pernah ada.

Tentu tesnya di komputer. Tetapi itu sudah cukup –terutama bagi yang percaya ilmu sebagai anugerah Tuhan.

Belakangan memang terjadi beberapa musibah beruntun di udara. Januari lalu pintu pesawat lepas begitu saja. Jatuh ke bumi. Posisi pesawat lagi terbang tinggi di atas kota Portland, California.

Berita baiknya: tidak ada penumpang yang terlempar keluar. Padahal udara luar pasti menyedot dalamnya pesawat dengan sedotan sangat kuat.

Guncangan fisik tidak hanya sesekali terasa. Guncangan batin lebih-lebih lagi: teringat bagaimana naik pesawat yang pilot dan copilot-nya tertidur 28 menit.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News