Airbag Pelita

Oleh: Dahlan Iskan

Airbag Pelita
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - CUACA buruk sejak hari pertama puasa. Matahari seperti mati lampu sepanjang siang. Langit didominasi mendung. Tidak ada panas. Tidak ada haus –bagi yang puasa.

Bagi yang sering naik pesawat sebaliknya: hari-hari ini dipenuhi rasa waswas.

Guncangan fisik tidak hanya sesekali terasa. Guncangan batin lebih-lebih lagi: teringat bagaimana naik pesawat yang pilot dan copilot-nya tertidur selama 28 menit. Anda sudah tahu: itu Batik Air jurusan Kendari nan jauh.

Akan tetapi saya harus naik Batik Air dari Jakarta Jumat malam kemarin.

Itulah satu-satunya pesawat yang terbang malam ke Surabaya: pukul 19.00. Yang lebih awal bisa banyak pilihan, tetapi khawatir rapatnya berlarut-larut.

Kebetulan saya yang memimpin rapat. Sebelum mulai pun saya sudah lobi-lobi. Agenda yang sulit-sulit saya carikan kompromi sebelum rapat dimulai.

Baca Juga:

Rapat harus selesai paling lama dua jam. Itulah doktrin saya sejak lama.

Rapat yang lebih dua jam bukanlah rapat. Itu forum pertengkaran. Atau, itu benar-benar rapat tetapi ibarat tanpa pimpinan –meski sosoknya ada.

Guncangan fisik tidak hanya sesekali terasa. Guncangan batin lebih-lebih lagi: teringat bagaimana naik pesawat yang pilot dan copilot-nya tertidur 28 menit.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News