Aisyah Putri Luka di Dada Kiri, Mengalami Trauma Terparah

Aisyah Putri Luka di Dada Kiri, Mengalami Trauma Terparah
Ketua Umum KPAI Seto Mulyadi (kiri) usai mengunjungi anak-anak pelaku bom bunuh diri di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya, Rabu (16/5). Foto: Dite Surendra/Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Empat anak pelaku bom bunuh diri yang mendapatkan perawatan di RS Bhayangkara Surabaya sudah menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Tim medis, juga ketambahan tiga anak lainnya. Mereka merupakan anak dari Dedy Sulistianto, alias Teguh yang ditangkap polisi di Jalan Sikatan IV.

Total saat ini, RS mengasuh tujuh anak pelaku, dan terduga teroris yang ditangkap polisi. Ada pun, ketiga anak Dedy, diketahui bernama Diva Nuhaliza Sulistiani (14), Azahra Istigfarin Syafana Putri (10), dan Haikal Al Azam (7).

Rabu (16/5), mereka semua kedatangan berbagai macam kunjungan. Salah satunya berasal dari Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi. Kedatangan mereka untuk melakukan pengecekan. Seberapa berat, trauma yang diderita oleh ke-tujuh anak tersebut.

Mengingat, mereka selama ini, hidup di lingkungan yang tidak sehat. Sayangnya, awak media tidak diperbolehkan masuk ke dalam. Sebab, mereka masih berada di dalam tahap pemulihan. Dari kunjungan itu, Seto menyimpulkan, anak-anak masih menderita trauma.

Namun, beberapa sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat. “Pas ketemu, sudah ada yang mau tersenyum, ditanya ada yang jawab. Sudah tidak diam saja,” ujar Seto.

Dia juga mengapresiasi kinerja tim psikologi yang berusaha memulihkan anak-anak tersebut. Menurutnya, pendekatan yang mereka lakukan sudah tepat. Yakni, dengan menggunakan pendekatan interpersonal dari anak ke tim psikologi. “Ini memang harus ditangani dengan kekuatan cinta,” beber pria kelahiran 1951 tersebut.

Menurutnya, dari ke-tujuh anak ini, Aisyah Putri yang menderita trauma terhebat. Dia masih menutup mulut, ketika ada yang bertanya kepadanya. Terkadang, dia tidak mau menjawab pertanyaan yang diajukan tim psikolog, atau darinya. Dia hanya memandang mereka, penuh tanya. “Saya tanya, sudah makan? Dia hanya mengangguk,” imbuh Seto.

Berbeda dengan Ais, trauma paling ringan diderita oleh ke-enam anak lainnya. Ketika melakukan interaksi, beberapa bahkan sudah ada yang mengenali Seto. Sehingga, tidak sungkan untuk melakukan interaksi. Salah satunya, anak terduga teroris Teguh yang paling bungsu. Yakni, Haikal. “Dia malah sudah meminta robot kepada petugas untuk menemani dia di ruangan,” ungkap Seto.

Aisyah Putri mengalamai trauma terparah dibanding anak-anak terduga teroris pelaku bom bunuh diri lainnya di Surabaya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News