Ajakan Menduduki Gedung MPR/DPR Bukan Cara Elegan

Ajakan Menduduki Gedung MPR/DPR Bukan Cara Elegan
Ilustrasi. Foto dok JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Syarufudin Sudding mengatakan ajakan kepada massa Aksi Bela Islam III 2 Desember 2016 untuk menduduki gedung MPR/DPR/DPD dan memaksa melakukan sidang istimewa, dinilai bukan cara elegan dalam menyampaikan aspirasi.

Ini dikatakan Sudding, menanggapi ajakan Rachmawati Soekarnoputri terhadap peserta aksi dari kelompok nasionalis dan agama menjadikan momentum Aksi Bela Islam III untuk menuntut MPR menggelar Sidang Istimewa.

Sidang Istimewa ini, lanjutnya, untuk mengembalikan UUD 1945 ke versi yang asli, bukan hasil amandemen.

"Saya kira kalau tuntutannya amandemen UUD tidak perlu menduduki gedung MPR/DPR. Itu bukan cara yang elegan lah. Suatu tekanan untuk mengambil kebijakan," kata Sudding menjawab JPNN.com di kompleks Parlemen Jakarta, Kamis (1/12).

Politikus Hanura ini menyebutkan, MPR sudah membuka celah adanya amandemen UUD melalui lembaga kajian yang telah dibentuk.

Mereka yang terdiri dari semua pakar, akademisi, budayawan sedang melakukan proses tersebut.

"Paling tidak dalam beberapa kali pertemuan di universitas maupun dengan kawan-kawan lembaga kajian, ini perlu suatu amandemen terbatas menyangkut GBHN, tidak kemudian melebar pada persoalan kewenangan lembaga negara," pungkasnya.(fat/jpnn)


JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Syarufudin Sudding mengatakan ajakan kepada massa Aksi Bela Islam III 2 Desember 2016 untuk menduduki gedung MPR/DPR/DPD


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News