Aksi Menentang Kudeta Militer Makin Berani, Muncul Seruan Mogok Kerja Dokter dan Guru

Aksi Menentang Kudeta Militer Makin Berani, Muncul Seruan Mogok Kerja Dokter dan Guru
Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). Mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi. Foto: ANTARA /REUTERS/Stringer/wsj

jpnn.com, YANGON - Aksi demonstrasi menentang kudeta yang dilakukan junta militer di Myanmar masih terus berlangsung.

Para penentang aksi kudeta menyerukan lebih banyak aksi protes dan penghentian pekerjaan pada Senin setelah puluhan ribu orang bergabung dalam demonstrasi pada akhir pekan.

Demonstrasi itu bertujuan untuk menentang pencopotan dan penahanan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi seminggu yang lalu.

Protes yang melanda Myanmar pada Minggu (7/2) adalah yang terbesar sejak Revolusi Saffron 2007 yang dipimpin oleh para biksu Buddha yang membantu mendorong reformasi demokrasi yang terhambat oleh kudeta 1 Februari.

"Para demonstran dari setiap sudut Yangon, silakan keluar dengan damai dan bergabunglah dengan pertemuan rakyat," kata aktivis Ei Thinzar Maung di Facebook.

Dia menggunakan jaringan VPN untuk menggalang pengunjuk rasa meskipun ada upaya pihak junta militer untuk menutup akses jaringan media sosial.

Lokasi dan waktu akan diumumkan kemudian, kata Maung yang adalah mantan pemimpin mahasiswa, yang muncul sebagai salah satu wajah gerakan protes baru.

Sejauh ini pertemuan berlangsung damai, tidak seperti peristiwa penumpasan berdarah selama protes luas sebelumnya di Myanmar pada 1988 dan 2007.

Demonstrasi menentang Kudeta Militer di Myanmar makin berani dan meningkat seminggu setelah Aung San Suu Kyi ditangkap,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News