Aksi Premanisme oleh Ormas Bikin Para Investor Resah

Ketua APPI Suwandi Wiratno menjelaskan bahwa debitur yang tidak memenuhi kewajibannya harus menyerahkan kendaraannya sesuai ketentuan hukum.
“Tapi dalam praktiknya, banyak debitur yang justru menghalangi eksekusi dengan melibatkan ormas,” ujarnya.
Menurutnya, beberapa debitur bahkan tergabung dalam lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang memberikan perlindungan kepada mereka agar terhindar dari kewajiban pembayaran cicilan.
Dalam beberapa kasus, debt collector justru mengalami intimidasi saat berusaha menarik kendaraan bermasalah.
“Kami diintimidasi saat melakukan eksekusi, ternyata debitur sudah bergabung dengan komunitas tertentu,” kata Suwandi.
Presiden Direktur PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman, mengatakan bahwa intimidasi dari ormas berpotensi meningkatkan kredit macet di sektor pembiayaan.
“Kalau kredit macet naik, perusahaan pembiayaan ikut terdampak karena mereka juga punya kewajiban membayar pinjaman ke perbankan,” jelasnya.
Jika kondisi ini terus berlanjut, perusahaan pembiayaan akan semakin selektif dalam menyalurkan kredit ke daerah yang rawan konflik dengan ormas.
Aksi premanisme dari ormas membuat para investor di sejumlah daerah menjadi resah.
- Investor Sambut Antusias Masuknya Mardigu di Bank BJB
- 3 Anggota Ormas Sok Jagoan Jadi Tersangka Kasus Pemerasan
- BG Minta Aparat Penegak Hukum Tindak Tegas Ormas Bermodus Premanisme
- Prabowo Bertemu 19 Perusahaan Raksasa Korea, Dapat Investasi Rp 259 Triliun
- Pabrik BYD Belum Beroperasi Secara Aktif, Tetapi Sudah Diganggu Ormas
- Ormas Kebablasan Bukan Diselesaikan dengan Revisi UU, tetapi Penegakan Hukum