Aktivis Sebut Keserakahan Politik Jokowi Terlihat Sejak Periode Kedua

Aktivis Sebut Keserakahan Politik Jokowi Terlihat Sejak Periode Kedua
Para narasumber dalam Diskusi Daring bertajuk Seruan Moral Bergema: Dejavu 98 Apakah Terulang? yang digelar Forum Intelektual Muda, Senin (5/2/2024) malam. Foto: Flyer diskusi daring FIM

“Wiji Thukul sampai sekarang tidak diketahui di mana, Surya juga tidak diketahui ada di mana, ada satu lagi ditemukan meninggal di Magetan itu hilang,” ujar Prijo.

Jokowi, lanjut Prijo, sempat berjanji akan menuntaskan persoalan HAM dan mencari tahu keberadaan Wiji Thukul.

Namun, di akhir periode kedua, Jokowi bersikap sebaliknya, dia malah berkoalisi dengan pelaku penculikan.

Lebih lanjut, kemarahan rakyat makin tak terbendung ketika Jokowi benar-benar membiarkan rekayasa hukum yang terjadi di MK, yang diduga kuat untuk memuluskan Gibran Rakabuming Raka bisa maju sebagai cawapres, mendampingi Prabowo Subianto.

“Ketika MK secara mengejutkan, membuat keputusan memungkinkan Gibran bisa masuk sebagai cawapres itu, baru meluas kesadaran. Itu baru meluas di kalangan masyarakat, baik itu akademisi teman-teman aktivis, mahasiswa di teman seniman maupun di tokoh-tokoh masyarakat atau tokoh agama,” pungkasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Co-Founder Forum Intelektual Muda Muhammad Sutisna mengatakan demokrasi di Indonesia diambang kehancuran akibat segelintir orang.

Mereka berupaya menekan kekuatan rakyat agar tidak mengambil peranan di Pemilu 2024.

“Padahal kita tahu bahwa demokrasi itu ya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Rasanya itu jauh dari semangat penguasa saat ini,” ujarnya.

Akademisi dan para aktivis demokrasi menilai Jokowi telah merusak proses demokrasi Pemilu 2024 karena berupaya membangun dinasti politik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News