Al-Fatih

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Al-Fatih
Ekspresi bek Turki Mert Muldur usai laga timnya melawan Swiss. Foto: Twitter@EURO2020

Pada pertandingan kedua melawan Wales, ternyata Tukri tetap melempem. Menghadapi tim yang semestinya selevel, Turki malah mejan dan mandul dan dihajar dua gol tanpa balas. Dua kekalahan beruntun menutup kans Turki untuk maju ke babak 16 Besar.

Menghadapi pertandingan terakhir melawan Swiss seharusnya Turki bisa bangkit. Kualitas Swiss secara keseluruhan masih berada di bawah Turki, atau paling tidak keduanya selevel. Namun, lagi-lagi Turki gagal bangkit dan dihajar 1-3.

Dua gol bintang Liverpool Xherdan Shaqiri membunuh mental pemain-pemain Turki.

Gol pertama Shaqiri dengan tendangan melengkung dari luar kotak penalti menjadi salah satu gol terbaik turnamen sejauh ini.

Hasil buruk ini tentu sangat memalukan, karena Turki sempat digadang-gadang menjadi tim kuda hitam di Euro 2020.

Mereka datang dengan bermodalkan pemain seperti Hakan Calhanoglu, Merih Demiral, atau Caglar Soyuncu yang sudah menunjukkan kualitasnya di kompetisi kelas tinggi Eropa.

Tidak hanya itu, Turki juga ditangani oleh pelatih berpengalaman yakni Senol Gunes yang pernah membawa Timnas Turki meraih tempat ketiga dalam Piala Dunia 2002. Kali ini Gunes sudah kehilangan tuahnya, dan sisa-sisa kebesaran Turki seolah lenyap tersapu panas cuaca Eropa.

Turki menjadi negara kedua yang harus angkat koper dari turnamen bersama Makedonia Utara. Kenyataan ini menjadi tragis karena Makedonia termasuk tim kelas bawah di turnamen ini. Makedonia Utara kalah dari Austria dengan skor 1-3 dan tumbang di tangan Ukraina dengan skor tipis 1-2.

Gunes sudah kehilangan tuahnya, dan sisa-sisa kebesaran Turki seolah lenyap tersapu panas cuaca Eropa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News