Alamaak, Anak Polisi jadi Korban Perampasan Motor

Alamaak, Anak Polisi jadi Korban Perampasan Motor
Ilustrasi. Foto:dok.JPNN

jpnn.com - SURABAYA – Namanya juga kejahatan. Tidak pilih-pilih korban.  Korbannya bisa siapa pun, termasuk anak anggota kepolisian. Itu dialami Reni D.D, Sabtu lalu. Perempuan yang akrab disapa Yanti itu menjadi korban kejahatan jalanan. Sepeda motornya dirampas dua orang di Jalan Genteng Kali pukul 19.30.

''Saya mau pulang ke rumah. Tiba-tiba dipepet sama mereka,'' katanya saat ditemui Jawa Pos di rumahnya kemarin.

Yanti adalah anak polisi yang berdinas di salah satu polsek di kawasan Surabaya Timur. Saat dipepet sepeda motor, Yanti langsung ngeh bahwa dirinya menjadi sasaran kejahatan.

Samar-samar, Yanti bisa mengingat ciri-ciri pelaku. Seingatnya, dua pelaku itu berboncengan naik sepeda motor bebek. Mereka sama-sama mengenakan jaket dan helm teropong.

 ''Sayang, saya nggak sempat ingat pelat nomornya,'' tutur anak bungsu di antara dua bersaudara tersebut.

Setelah dipepet, pelaku yang duduk di belakang lantas mengeluarkan sebilah pisau. Kaca helmnya sedikit dibuka. Dia pun meminta Yanti untuk meminggirkan sepeda motornya. ''Minggir. Serahkan, serahkan!'' ancam pelaku sambil menodongkan pisau.

Saat itu kondisi Jalan Genteng Kali yang mengarah ke timur memang sepi. Kejadian tersebut bersamaan dengan ibadah Tarawih. Jadi, tidak ada seorang pun yang melihat peristiwa itu. Yanti pun tidak mau mengambil risiko. Dia lalu menghentikan sepeda motor bernopol L 5858 RD tersebut.

Perempuan yang bekerja di kawasan Simo itu juga tidak bisa berkutik saat pelaku turun dari motor. Saking takutnya dengan pisau, Yanti sampai tidak bisa berteriak. Dia hanya bengong saat pelaku menyuruhnya turun, lalu menaiki motornya.

Dengan tenang, pelaku membawa kabur sepeda motor Honda Spicy milik Yanti. Keduanya kabur ke Jalan Undaan. Sementara itu, Yanti masih terpaku sendirian dengan helm masih terpasang.

 ''Benar-benar bingung dan takut, Mas. Ada satu dua motor yang lewat, tapi saya juga nggak bisa minta tolong,'' ucap perempuan yang bekerja di perusahaan bidang konstruksi tersebut.

Dalam keadaan masih gemetaran lantaran shock, Yanti memutuskan pulang ke rumahnya. Dia pulang berjalan kaki. Jarak antara TKP (tempat kejadian pekara) dan rumahnya hampir 1 km.

Sampai di rumah, Yanti masih panik. Ibunya pun bingung saat melihat gelagat anaknya seperti habis melihat hantu. Yanti benar-benar tidak bisa bercerita. Dia kemudian ditenangkan pelan-pelan.

Menjadi korban kejahatan jalanan bukan kali pertama dialami Yanti. Sebelumnya, dia menjadi korban penjambretan di Jalan Jimerto. Padahal, lokasinya sudah sangat dekat dengan rumahnya. ''Kejambretan itu ya bulan ini. Kayaknya memang perempuan yang diincar,'' ucapnya.

Setelah itu, Yanti baru bisa bercerita mengenai peristiwa yang baru saja dialami. Pukul 20.30 Yanti melapor ke polisi. Sebelumnya, dia sempat mendatangi Polsek Genteng. Setelah dijelaskan petugas piket, TKP tersebut merupakan wilayah hukum Polsek Bubutan.

Petugas Polsek Bubutan sudah meminta keterangan Yanti. Kini polisi masih melakukan penyelidikan. ''Kami sudah buatkan BAP. Tentu akan kami respons laporan itu,'' jelas Kapolsek Bubutan Kompol I Ketut Madia.

Dua penjahat itu ditengarai memang pemain yang kerap beroperasi di kawasan Genteng. Hal itu bisa dilihat dari modus mereka yang mengancam dengan senjata tajam. Korps seragam cokelat berjanji mengambil tindakan tegas jika memang mengendus jejak pelaku.
(did/rid/c15/end/flo/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News