Altius

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Altius
Gianmarco Tamberi (kiri) dan Mutaz Essa Barshim berbagi medali emas Olimpiade Tokyo 2020. Foto: (Athletics Weekly)

jpnn.com - Kalau Anda keluar dari kompleks Gelora Senayan melewati Hotel Atlet Century, di atas gapura Anda akan baca tulisan ‘’Citius, Altius, Fortius’’, yang artinya ‘’Lebih Cepat, Lebih Tinggi, Lebih Kuat’’.

Itu adalah moto Olimpiade yang sudah diterapkan sejak Olimpiade modern dimainkan di Athena, Yunani pada 1896.

Inisiator Olimpiade modern Pierre de Coubertin dari Prancis pada 1894 mengusulkan moto Olimpiade yang abadi hingga kini.

Moto ini mewakili semangat Olimpiade untuk membuktikan siapa yang paling cepat, paling tinggi, dan paling kuat. Cabang-cabang olahraga yang dimainkan di Olimpiade dimaksudkan untuk pembuktian siapa yang paling hebat dalam ketiga bidang itu.

Sejak itu, Olimpiade identik dengan persaingan hidup mati antaratltet untuk membuktikan dominasi dan superioritas. Hidup adalah persaingan yang keras, survival of the fittest, siapa yang paling kuat dialah yang bisa lolos menjadi yang paling hebat.

Namun, Olimpiade juga menjadi panggung kemanusiaan yang memainkan lakon-lakon kemanusiaan yang mengharukan. Spirit Olimpiade adalah sportivitas, persaudaraan, dan persahabatan. Nilai-nilai peaceful (kedamaian), friendship (persahabatan), excellence (keunggulan), dan respect (penghargaan) menjadi nilai-nilai yang tertanam sebagai bagian dari tradisi Olimpiade.

Itulah yang terjadi di final lompat tinggi pria. Gianmarco Tamberi dari Itali berhadapan dengan Mutaz Essa Barshim dari Qatar, Selasa (3/8).

Kisah persaingan dan persahabatan, serta rasa respek di antara kedua atlet itu telah meng-capture imajinasi orang-orang di berbagai penjuru dunia.

Berbagi emas untuk satu nomor adalah yang pertama kalinya dalam Olimpiade sejak 1912.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News