Amerika Kaji Penggunaan Teknologi SMR di PLTN Kalbar
Ann K. Gazer menyebut studi kelayakan itu paling lama rampung dalam waktu 18 bulan, tetapi itu bergantung pada temuan para ahli di lapangan.
“Hari ini, salah satu pejabat Pemerintah Indonesia menyampaikan kepada saya bahwa studi kelayakan ini akan selesai dalam waktu delapan bulan. Dia memasang target yang ambisius, jadi kemungkinan itu akan rampung dalam rentang waktu tersebut,” kata Gazer menjawab pertanyaan ANTARA.
Dalam sesi jumpa pers yang sama, Gazer menyampaikan ia sengaja datang langsung ke Bali mewakili Pemerintah AS untuk memberi jaminan SMR merupakan teknologi yang aman digunakan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
“SMR memang teknologi baru, tetapi itu hasil dari penelitian dan pengembangan energi nuklir para ahli di AS selama 65 tahun,” kata pejabat AS itu.
Ia lanjut menjelaskan NuScale, perusahaan AS yang terlibat dalam kerja sama pembuatan studi kelayakan di Indonesia, telah menyempurnakan teknologinya untuk mencegah adanya bencana nuklir seperti yang terjadi di Fukushima, Jepang.
“Teknologi baru ini dapat beroperasi tanpa operator. Kami di Amerika Serikat memiliki standar tertinggi untuk keamanan, keselamatan, dan nonproliferasi, khususnya dalam desain teknolologi nuklir ini,” kata Ann K. Gazer.
Oleh karena itu, dia menjamin SMR ini teknologi yang lebih aman dan lebih minim risiko daripada teknologi sebelumnya untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
“Barangkali ada yang bertanya, mengapa pejabat bidang keamanan dan nonproliferasi yang datang menghadiri acara ini, karena saya mewakili Pemerintah AS ingin menjamin langsung keamanan dari teknologi ini,” kata dia.
Amerika Serikat dan Indonesia bekerja sama mengkaji penggunaan teknologi reaktor modular kecil (SMR) pada PLTN Kalbar
- UEA Dukung RI Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
- Resmi! Tetangga Amerika Serikat Ini Akui Kedaulatan Negara Palestina
- Kenapa Ibu Negara Masih Akan Sangat Berpengaruh di Indonesia?
- Harapan Repnas Seusai KPU Resmi Tetapkan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih 2024-2029
- Sebut BI Fast Punya Kelemahan, Deni Daruri Sarankan Belajar dari AS
- China Menilai Amerika Serikat Munafik, Sorot Bantuan untuk Ukraina