Amputasi Cara Satu-satunya, Raih Beasiswa dari Australia

Amputasi Cara Satu-satunya, Raih Beasiswa dari Australia
Syamsul Bahri. Foto: Padang Ekspres/JPNN.com

jpnn.com - Ketua National Paralympic Committee Indonesia Sumbar (induk olah raga disabilitas) Syamsul Bahri meyakini bahwa setiap cobaan yang ditanggapi secara positif, akan menjadi motivasi besar dalam menggapai kesuksesan.

Rudi Efendi - Padang

Pada 7 November 2004, menjadi hari yang sulit dilupakan Syamsul Bahri. Sehari pasca ulang tahunnya yang ke 26, pria yang saat ini berusia 39 tahun itu harus berhadapan dengan kenyataan pahit.

Kecelakaan parah menimpanya di Simpang Presiden Jalan Khatib Sulaiman, Padang, Sumbar. Syamsul Bahri koma hampir 18 jam.

”Waktu itu, saya berboncengan dengan teman naik sepeda motor. Tiba-tiba saja, ada seorang anak racing yang berkendara dengan kecepatan tinggi. Karena kami tidak menduga si pengendara motor itu akan melewati jalur kami, akhirnya terjadilah kecelakaan yang membuat saya koma waktu,” ujarnya kepada Padang Ekspres (Jawa Pos Group), Minggu (10/12).

Setelah sadar, ia pun harus mendengar keputusan pahit. Yakni mengharuskan kaki kirinya diamputasi. Mendengar hal tersebut, lantas dia sendiri maupun keluarganya langsung shock.

”Jujur saja, memang berat menerima kenyataan yang mengharuskan kaki kiri saya diamputasi. Apalagi waktu itu, merupakan masa-masa keemasan saya sebagai atlet pencak silat serta kesibukan saya di Sanggar Tari dan Musik Syofyani,” kenangnya.

Bahkan, berkat kemampuannya yang multitalenta, ia banyak diundang ke berbagai negara seperti Jepang dan Australia dalam rangka mempromosikan tradisi silat dan randai.

Syamsul Bahri akhirnya sadar bahwa tidak ada jalan lain untuk bisa bertahan hidup. Satu-satunya cara, kakinya harus diamputasi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News