Anak Berpotensi Miskin di Indonesia Jika Tak Ada Perempuan Berpendidikan

Anak Berpotensi Miskin di Indonesia Jika Tak Ada Perempuan Berpendidikan
Anak Berpotensi Miskin di Indonesia Jika Tak Ada Perempuan Berpendidikan

Sementara jika dalam rumah tangga itu terdapat sosok perempuan yang mengenyam pendidikan dasar, maka jumlah anak tergolong miskin, dengan level usia yang sama, menjadi 21,55 persen.

Namun kita melihat perubahan yang cukup signifikan di antara kategori perempuan dewasa berpendidikan tingkat dasar dengan perempuan dewasa berpendidikan tingkat menengah (SMP dan SMA) -yakni 12,02 persen, dan kemudian dengan tingkat di atasnya lagi - yakni 2,1 persen.

Perubahan signifikan juga terjadi pada kelompok usia anak yang berbeda.

Pada rentang usia 2-4 tahun, jumlah anak miskin dalam rumah tangga dengan perempuan dewasa di antara kategori berpendidikan tingkat dasar dan berpendidikan tingkat menengah tercatat masing-masing 21,68 dan 10,71 persen, jumlah selisih yang cukup tajam.

Untuk anak dengan kategori miskin dan rentan, data survei juga menunjukkan kecenderungan yang serupa (lihat tabel).

Luhur menjelaskan, dalam pola pengasuhan anak, perempuan acapkali memegang peran yang lebih besar dibandingkan laki-laki.

"Pandangan umum meyakini bahwa tugas utama laki-laki dalam keluarga adalah sebagai pencari nafkah utama, sementara perempuan bertanggungjawab mengelola rumah tangga, termasuk mengurus anak," ujarnya.

Keterkaitan deprivasi anak dan tingkat pendidikan perempuan dalam keluarga, sebut Luhur, bisa dijelaskan dengan dua argumen.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News