Anak Buah Prabowo Sindir Polri Cuma Bisa Bikin Sketsa dalam Kasus Novel

Anak Buah Prabowo Sindir Polri Cuma Bisa Bikin Sketsa dalam Kasus Novel
Ferry Juliantono (dua kiri) saat diskusi Cerita Novel, KPK dan Pansus DPR di Cikini, Foto: Ricardo/JPNN.com

Di tempat yang sama, anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu mengatakan, biarkan saja polisi bekerja. Jangan diarah-arahkan bahwa kasus Novel ini terkait dengan pemberantasan korupsi yang tengah dilakukan. “Saya melihat bahwa ada upaya penggiringan seolah-olah satu-satunya faktor Novel disiram itu terkait dengan penanganan kasus korupsi. Jangan-jangan ada persoalan lain,” katanya.

Wakil Ketua Pansus Hak Angket KPK itu mengatakan, polisi tentu objektif melihat persoalan ini. Jangan sampai belum apa-apa, sudah diarahkan ke mana-mana. “Ini semua asumsi saja,” katanya.

Dia mengaku memang geram karena sudah sekian lama pelaku Novel tidak terungkap. Insitusi kepolisian yang dibiayai negara untuk melakukan tugas penegakan hukum, malah belum mampu melakukan pengungkapan.

Namun, di sisi lain Masinton mengingatkan, Novel juga harus kooperatif. Misalnya harus mau di BAP dan mengikuti semua prosedur penyelidikan yang dilakukan kepolisian. “Kalau tidak, apa dasar polisi (mengungkap)? Kalau ada jenderal terlibat, laporkan. Tapi, sekarang KPK main di opini saja. Penegak hukum kok berpolitik,” katanya.

Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Adnan Topan Husodo mengingatkan mata Novel rusak karena disiram air keras itu adalah fakta, bukan sebuah opini. “Karena proses ini lambat dan mengacu kasus terdahulu yang tidak terungkap, kami berharap tidak ada kejadian lain setelah Novel,” ujar Adnan dalam diskusi itu.

Lebih lanjut, dia mengatakan, langkah Presiden Joko Widodo memanggil Kapolri Jenderal Tito Karnavian mempertanyakan perkembangan kasus itu memang sudah wajar. Sebagai seorang presiden, tentu punya tugas mengingatkan penegak hukum di bawahnya. Apalagi, ini bukan perkara biasa. “Komitmen Pak Jokowi harus ada upaya memperkuat KPK. Kalau ada pertemuan ini (Jokowi-Tito) tentu menjadi simbol garansi pemerintah untuk mempercepat pengungkapan perkara ini,” katanya.

Adnan mengatakan, mau tidak mau ketika Kapolda Metro Jaya Iriawan diganti, publik akan menganggap ada kaitan langsung atau tidak dengan gagalnya proses pengungkapan perkara Novel. “Ketika dicopot kan langsung terbukti keluar sketsa. Sebelum itu tidak ada,” katanya.

Dia berharap ke depan, polisi tidak hanya mengeluarkan sketsa. Tapi, menangkap dan memperlihatkan wajah pelaku sebenarnya ke publik. “Kami berharap ada wajah nyata yang dilihatkan kepolisian bahwa inilah pelaku lapangannya,” tegasnya. (boy/jpnn)


Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono menyoroti lambannya kinerja Kepolisian RI mengungkap kasus teror kepada penyidik KPK Novel Baswedan.


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News