Anti Pro

Oleh Dahlan Iskan

Anti Pro
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Dari Tiongkok itu, kakaknyi  kirim kabar yang mengerikan. Disertai foto-foto kejadiannya: orang bertumbangan di pinggir jalan. Sakit. Mati.

Baca Juga:

Yang sakit tidak ada yang menolong. Yang mati tidak ada yang mengangkut mayat mereka.

Begitu ngerinya pemandangan itu sampai sang kakak ingin saat itu juga ke bandara. Untuk pulang ke Amerika. Dengan penerbangan apa saja yang ada.

Berita pertama dari kakaknyi itu datang tanggal 27 Januari 2020 –berarti baru dua hari setelah Tahun Baru Imlek. Hari-hari berikutnya berita tentang Wuhan kian mengerikan. Seperti itu pula yang kita terima di Indonesia.

Tiongkok seperti akan kiamat saja. (Tidak disangka, kelak, setahun kemudian, korban Covid di Tiongkok tidak sampai 90.000 orang, sedangkan di Indonesia justru hampir 1,5 juta orang. Dan di Amerika mencapai 30 juta orang).

Pun setahun kemudian. Penderita baru di Tiongkok tinggal di kisaran 10 orang/hari. Di Indonesia masih di atas 5.000 orang/hari. Dan di Amerika masih di sekitar 50.000/hari.

Hari-hari pertama pandemi itu kondisi Tiongkok memang sangat menakutkan.  Sang kakak terus mengingatkan Melissa agar jangan lengah.

Wabah itu –waktu itu belum disebut pandemi– akan menjalar ke mana-mana. Termasuk ke Amerika.

Kemampuan bersikap realistis dan mudah move-on perlu dimiliki kian banyak orang. Pengaruh medsos membuat jiwa dan hidup Melissa hancur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News