Antipenguasa Beraksi, PM Syria Mundur

Antipenguasa Beraksi, PM Syria Mundur
Antipenguasa Beraksi, PM Syria Mundur
Sejak unjuk rasa berdarah yang merenggut nyawa sedikitnya 60 orang pada 18 Maret lalu, kelompok anti pemerintah semakin bersemangat menyuarakan perubahan. Meski harus berhadapan dengan aparat bersenjata lengkap, mereka tidak gentar. Kini, setelah 32 menteri dalam kabinet Otri mengundurkan diri pun, massa oposisi tetap kritis terhadap pemerintah. Mereka tak akan berhenti sebelum reformasi terlaksana.

Tapi, massa pro pemerintah pun tak mau kalah. Kemarin, ratusan ribu pendukung dan simpatisan Assad turun ke jalan. Dalam aksi protes sekaligus unjuk kekuatan itu, massa pro pemerintah menyerukan persatuan nasional. "Sebelumnya, tidak pernah ada isu sektarian. Ini hanyalah konspirasi untuk menghancurkan Syria," kata Jinane Adra, perempuan 36 tahun yang sengaja datang dari Arab Saudi untuk mendukung Assad.

Bersama dua anaknya yang masih balita, Adra mengimbau seluruh warga Syria bersatu. "Rakyat Syria itu satu. Tidak ada celah bagi perbedaan keyakinan untuk memecah-belah kita," ujarnya sambil mengusung potret diri Assad dan membawa beberapa tangkai bunga. Pernyataan yang sama disampaikan Mohammed Ali dan sejumlah demonstran lain dalam unjuk rasa damai tersebut.

Di mata rakyatnya, Assad yang mewarisi kursi presiden dari sang ayah, adalah seorang pahlawan. Selama 11 tahun memerintah, dia selalu mampu menunjukkan kewibawaannya. Terutama, saat berhadapan dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Bahkan, di kawasan Timur Tengah, dia dikenal sebagai pemimpin paling anti-Barat. Karena itu, tidak heran jika rakyat Syria begitu mencintainya. (AP/AFP/hep)

DAMASKUS - Gelombang unjuk rasa anti pemerintah di Syria, sukses melahirkan perubahan. Kemarin (29/3), kabinet Syria yang dipimpin Perdana Menteri


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News