Apa yang Terjadi di Bulan Puasa 1944?

Apa yang Terjadi di Bulan Puasa 1944?
Buya Hamka dan Bung Karno berdiri. Di tengah Abdul Karim Oei. Ketiga mengangkat saudara sewaktu di Sumatera. Foto: Public Domain.

***

Masih bulan puasa 1944. Buya Hamka membaca majalah Djawa Baroe. Dari majalah itu dia mengetahui, Soekarno saudara angkatnya sedang berada di Banten ketika mendapat kabar tentang janji kemerdekaan.

"Dia (Bung Karno--red) dipanggil pulang ke Jakarta buat disampaikan kepadanya perkabaran resmi itu oleh Somubutyo. Dalam majalah Djawa Baroe kelihatan gambarnya menangis lantaran terharu menerima kabar itu," tulis Hamka.

Berselang hari, sebagaimana dikisahkan Buya Hamka, "puasa pun habis. Datang 1 Syawal. Hari Raya Idil Fitri. Hari raya ini diambil orang kesempatan buat menyatakan perasaan hati menerima khabar gembira itu."

Di Medan, sambung Hamka, diadakan upacara di tanah lapang Hukuraido. Mensukuri janji kemerdakaan. Dengan resmi Tyokan memberi izin orang menaikkan bendera Merah Putih di tiang tinggi.

"Ketika bendera itu naik bergelong-gelong ke udara, laksana ular naga, diiringkan oleh bunyi musik Indonesia Raya, di bawah pimpinan seorang dirigent yang ahli, Hamka San kembali terharu. Dia menangis lagi!"

Seorang juru potret lekas-lekas menembakkan kamera ke wajahnya. Mengambil tangis Hamka. Untuk alat propaganda.

Haru biru pun selesai. Jepang, melalui Bunkaka meminta Hamka turut serta dalam rombongan menyiarkan kabar itu keliling Sumatera Timur.

RUPANYA, Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia pada bulan puasa 1944. Buya Hamka punya cerita...

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News