Apakah Kepiting dan Ikan Merasakan Sakit? Perlukah Kita Lebih Manusiawi Saat Memasaknya?

Apakah Kepiting dan Ikan Merasakan Sakit? Perlukah Kita Lebih Manusiawi Saat Memasaknya?
Kimia otak hewan krustasea seperti kepiting telah diketahui mengalami perubahan akibat 'stres' dan obat penenang dapat mempengaruhi perilaku mereka. (ABC Science: Nick Kilvert)

Pengalaman negatif atau menyakitkan, menurut argumen ini, diperlukan untuk secara permanen mengubah perilaku hewan terhadap ancaman yang akan datang.

Tanpa pengalaman seperti itu, seekor hewan akan terus berada dalam bahaya, dan mau tidak mau menderita cedera yang mengancam nyawanya.

Sejumlah penelitian menunjukkan ikan dengan cepat mengubah perilakunya setelah terpapar dengan apa yang kita anggap sebagai pengalaman menyakitkan.

Lucunya lagi, sejumlah pemancing mengusulkan perlunya mengubah cara memancing, yakni menggunakan pancing yang lebih halus dan kail yang disamarkan.

Ada juga bukti fisiologis untuk mendukung usulan ini, yaitu nosiseptor.

Nosiseptor adalah neuron sensorik yang ditemukan di kulit manusia yang membantu mengirimkan sinyal listrik jangka panjang ke otak.

Profesor Culum Brown dari Macquarie University menjelaskan, penemuan nosiseptor pada ikan trout menjadi bukti kuat ikan juga merasakan sakit.

"Kita telah mengetahuinya sejak 2002 bahwa ikan juga memiliki nosiseptor, yaitu saraf yang bertugas untuk mendeteksi rangsangan menyakitkan pada manusia," jelas Prof. Brown.

Parlemen Inggris sedang memperdebatkannya sekarang ini, lewat rancangan undang-undang (RUU) untuk membentuk Komite Perasaan Binatang

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News