Arief Poyuono Sebut Pungutan Ekspor CPO Berdampak Langsung ke Petani Sawit

Arief Poyuono Sebut Pungutan Ekspor CPO Berdampak Langsung ke Petani Sawit
Ilustrasi kebun kelapa sawit. Foto: dok. JPNN

Arief menyebutkan ini sangat merugikan petani sawit yang mandiri maupun petani plasma dan bisa berdampak buruk bagi macetnya pembayaran kredit ke perbankan oleh para petani sawit.

Begitu juga angsuran kredit oleh perusahaan perkebunan sawit yang mana mayoritas dana investasinya diperoleh dari perbankan

Apalagi Industri perkebunan sawit telah sangat terpengaruh oleh beberapa tahun La Nina sehingga produksi berkurang secara besar-besaran.

"Sementara di sisi biaya produksi rata-rata telah meningkat bersamaan dengan peningkatan lainnya dalam biaya pupuk, perawatan tanaman, tenaga kerja, kekurangan pupuk dari curah hujan yang tinggi, kerugian akibat banjir, perbaikan batu dan jalan, penanaman kembali," ucap Arief.

Ketua APPKSI ini menegaskan jutaan petani sawit saat ini merugi akibat jatuhnya harga TBS petani yang disebabkan oleh bea keluar dan PE CPO yang begitu tinggi.

Sementara pengamat ekonomi dan Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan pungutan ekspor CPO tidak perlu lagi karena bea keluar yang sudah cukup tinggi.

Seharusnya yang jadi pertanyaan adalah kenapa pengusana membebankan pungutan ekspor tersebut ke petani.

"Sewajarnya kalau ada tambahan bea keluar dan pungutan ekspor yang disetorkan ke negara. Itu menjadi tambahan penerimaan negara yang nantinya dikembalikan ke masyarakat melalui APBN," kata Piter.

Arief Poyuono menyebut pungutan ekspor CPO telah berdampak langsung dan membebankan bagi petani sawit

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News