Asap Kebakaran Hutan Bromo Berisiko Picu Gangguan Pernapasan

Asap Kebakaran Hutan Bromo Berisiko Picu Gangguan Pernapasan
Petugas dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, BPBD, Kepolisian, dan relawan melakukan upaya pemadaman kebakaran hebat di padang Savana Gunung Bromo, Minggu (2/9). Foto: MUKHAMAD ROSYIDI/JAWA POS RADAR BROMO

jpnn.com - Kebakaran yang terjadi di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) atau biasa disebut Gunung Bromo menimbulkan kepulan asap yang begitu besar. Wajar asapnya sangat besar karena 70 hektar kawasan hutan Gunung Bromo terbakar. Asap dari kebakaran hutan Bromo tersebut ternyata rentan memicu gangguan pernapasan. 

Warga yang tinggal di sekitar lokasi kejadian diimbau untuk terus waspada dan berhati-hati. Ini karena kabut asap tebal akibat kebakaran bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan pernapasan.

Gangguan pernapasan karena kabut asap

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) lazim terjadi di Indonesia. Selain karena Indonesia beriklim tropis, kesadaran masayarakat akan pentingnya menjaga hutan juga masih rendah. Hal ini membuat warga masyarakat yang tinggal di sekitar hutan harus waspada dengan ancaman asap yang menyebabkan gangguan pernapasan.

Menurut dr. Fiona Amelia, MPH., dari KlikDokter, Asap akibat kebakaran biasanya mengandung ozon, oksida nitrogen, sulfur oksida, karbon monoksida, dan logam berat. Kandungan-kandungan ini semua, terutama ozon, dapat memicu gangguan kesehatan dalam jangka pendek dan biasanya menyerang saluran pernapasan.

Berikut ini beberapa jenis gangguan pernapasan yang bisa terjadi akibat asap kebakaran:

1. Infeksi saluran napas atas

Kadar ozon yang tinggi sangat berbahaya karena bisa mengiritasi saluran napas. Kondisi itu biasanya berlangsung selama beberapa jam setelah terpapar kabut asap.

Warga yang tinggal di sekitar lokasi kejadian diimbau untuk terus waspada dan berhati-hati.

Sumber klikdokter

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News