Auman Harimau Sumatera Tidak Lagi Menakutkan

Auman Harimau Sumatera Tidak Lagi Menakutkan
Harimau di kebun binatang Bukittinggi. Foto: Riau Pos/JPNN.com

Para pemburu ini menggunakan berbagai macam cara untuk memburu harimau, ada yang menggunakan sistim jerat, ada yang menggunakan senjata api dan pula yang menggunakan teknik racun. 

Hanya saja, teknik racun ini sudah banyak ditinggalkan para pelaku pemburu, karena teknik ini kurang efektif karena kualitas kulit harimau yang mereka dapatkan kurang bagus.

Ditambahkannya, di Riau sendiri basis para pemburu itu ada di Pekanbaru, Indragiri Hilir (Inhil) dan Kuantan Singingi (Kuansing) dan ada penampung. 

‘’Dalam catatan kami untuk penampung ini ada sekitar empat sampai lima orang, sementara pemburu jumlahnya sangat banyak bisa mencapai puluhan orang,’’ ujarnya lagi.

Untuk penjualan biasanya para pemburu ini memanfaatkan mediator, sedangkan untuk harga kulit harimau utuh berkisar Rp 10 juta hingga Rp 20 juta, sedangkan untuk tulang mencapai Rp5 juta.  

‘’Untuk pembeli biasanya dijual lokal, namun tidak menutup peluang masuk ke Malaysia dan Thailand,’’ ungkapnya.

Sementara untuk landskap harimau sumatera di Riau berdasarkan pendataan yang dilakukan pihaknya berada di hutan Senepis, Kota Dumai dengan perkiraan populasi 20-40 ekor, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu belum diketahui jumlahnya.

Sekitar CPI Kecamatan Mandau sekitar 2-3 ekor, Rimbang Baling 20-22 ekor, Bukit Betabuh 11-14 ekor, Bukit Tigapuluh 20-40 ekor, Kerumutan 7-10 ekor, Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) sekitar 7-9 ekor.

POPULASI Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) di Riau kian sedikit.  Perburuan liar dan pembukaan areal perkebunan yang menghancurkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News