Australia Setop Pengembangan Vaksin COVID-19 Gegara Ada Kasus HIV
"Pemodelan saat itu menganggapnya sebagai risiko teoretis yang sangat minim. Makanya partisipan diberitahu tentang risiko itu," jelasnya.
Namun Profesor Brendan menegaskan kepercayaan publik terhadap vaksin apapun merupakan faktor penting untuk mendapatkan persetujuan orang untuk disuntik.
Phil menjelaskan telah dberi dua kali suntikan saat ujicoba.
"Saya memang mengalami beberapa efek samping setelah diberi dosis kedua," katanya.
"Saya ingat bangun untuk jogging pagi itu di sepanjang Sungai Brisbane dan saya merasa sangat lemas," ujarnya.
Sudah diantisipasi
Menanggapi pembatalan vaksin CSL-UQ ini, Menkes Australia Greg Hunt mengatakan pihaknya sudah mengantisipasinya.
Ia berkata, dalam semua kontrak pembelian vaksin COVID-19, pihaknya sudah mempertimbangkan potensi pembatalan serta kemungkinan menambah jumlah pesanan.
"Jadi, misalnya, kami menambah pembelian vaksin buatan AstraZeneca sebanyak 20 juta unit dari yang direncanakan dalam kontrak," kata Menkes Hunt.
Pengembangan vaksin COVID-19 oleh University of Queensland (UQ) dan CSL dihentikan hari Jumat ini (11/12), setelah ditemukan reaksi positif HIV pada partisipan uji coba
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka
- Dinkes Kota Bengkulu Mencatat 42 Kasus HIV Sepanjang 2024
- Bakamla RI Menjemput 18 Nelayan Indonesia di Australia, Lihat
- Polda NTT Periksa 6 WNA Asal Tiongkok
- Ketika Yahudi Australia Berubah Pikiran soal Israel, Simak Ceritanya
- Sarung Tangan Buatan Perusahaan Asal Yogyakarta Ini Sukses Merambah Pasar Australia