Awal Musim Hujan di Sejumlah Daerah Mundur

Awal Musim Hujan di Sejumlah Daerah Mundur
Mendung. Ilustrasi Foto: Gusti Ambri/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan anomali cuaca memicu awal hujan mundur di sejumlah wilayah.

Dalam laporan BMKG ada lima faktor yang memengaruhi iklim di Indonesia. Yaitu El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole, dan Sirkulasi Monsun Asia-Australia. Kemudian pemicu lainnya adalah daerah pertemuan angin antar tropis dan suhu permukaan laut wilayah perairan Indonesia. Jika suhu permukaan air laut dingin, maka kandungan uap di atmosfer sedikit.

BMKG melaporkan banyak titik di Jawa Timur yang mundur awal musim hujannya dibanding tahun-tahun sebelumnya. Awal musim hujan di daerah seperti Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, dan Malang mundur dua dasarian (dua puluh hari) dibanding kondisi rata-rata selama ini.

Sementara itu awal musim hujan di wilayah Jawa Tengah ada yang mundur tiga dasarian (30 hari). Seperti di Grobogan, Blora, dan Sragen. Jika dilihat dari kalender, rata-rata wilayah di Jawa Timur yang saat ini masih kering, bakal diguyur hujan pada pekan kedua atau ketiga November depan.

’’Secara bertahap di akhir Oktober ini sudah mulai ada pembentukan dan pertumbuhan awan hujan,’’ kata Kepala Bagian Humas BMKG Hary Tirto Djamiko, Jumat (26/10). Dengan kondisi tersebut, sampai saat ini di beberawa wilayah hujan yang turun belum merata.

Untuk seluruh wilayah pulau Jawa, BMKG membagi menjadi 150 zona musim (ZOM). Dari seluruh ZOM tersebut, diperkirakan umumnya awal hujan terjadi pada bulan November. Untuk bulan Oktoberi ni, hanya ada 30 ZOM yang mengawai musim hujan. Sementara itu ada 95 ZOM lainnya yang mengawali musim hujan pada November.

Sebelumnya pada awal September lalu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada awal September lalu menyebutkan ada 4,87 juta jiwa penduduk yang terdampak kekeringan. Mereka tersebar di 4.053 di seluruh wilayah Indonesia. Paling banyak daerah yang mengalami dampak kekeringan adalah di Jawa dan NTB serta NTT.

Dampak dari kekeringan tersebut pasokan air berkurang, debit sungai menurun, dan tinggi muka air di waduk menyusut. Kemudian sumur masyarakat kekeringan dan area pertanian mengalami gagal panen. ’’Data yang dihimpun BNPB ada 11 Provinsi yang mengalami kekeringan,’’ kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho. (wan)


Sejumlah daerah masih mengalami kekeringan, menurut BMKG lantaran awal musim hujan mundur di sejumlah daerah.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News