Ayam Hainan

Oleh: Dahlan Iskan

Ayam Hainan
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Suasananya mirip pantai di Singaraja," ujar seorang seniman Tionghoa yang juga pernah ke sana.

Saya setuju dengan deskripsi tersebut. Tidak hanya pantainya, juga suasana secara keseluruhannya. Kering spiritual.

Pulau Hainan praktis sebesar pulau Bali. Lebih bulat. Di pantai selatan ada kota San-ya. Di pantai utara ada kota yang lebih besar: Haikou –ibu kota provinsi Hainan.

Dua kota itu dihubungkan dengan jalan tol: 270 km.

Dibanding dengan kemajuan wilayah lain di daratan Tiongkok, Hainan rasanya masih ketinggalan. Upaya mengejarnya terus dilakukan. Termasuk akan menjadikan Hainan wilayah bebas bea. Atau wilayah perdagangan bebas.

Saya terbang ke San-ya dari Hongkong: 1 jam 20 menit. Saya sudah mencoba cari penerbangan lewat Hanoi atau Saigon: hanya sepelemparan pandang. Ternyata tidak ada koneksi udara.

Di media, nama San-ya bukan main besarnya. Pemilihan ratu kecantikan dunia dilaksanakan di San-ya. Beberapa kali. Pun konferensi tingkat internasional.

Maka saya memesan nasi ayam Hainan itu. Satu ekor sendirian. Seperti balas dendam 20 tahunan. Saya foto menu itu. Saya kirim ke Robert Lai yang lagi menemani istrinya di Singapura.

Sebelum ke Hainan saya memang sempat was-was: jangan-jangan Hainan sudah jadi ancaman serius bagi Bali.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News