Badak Indonesia Kritis, Perlu Pendekatan Konservasi Baru

Badak Indonesia Kritis, Perlu Pendekatan Konservasi Baru
Yuyun Kurniawan, Mamat Rahmat, Irna Narulita, dan TB Jamak Sari saat peringatan Hari Badak Sedunia di Taman Nasional Ujung Kulon, Kamis (22/9). Foto: Ist for JPNN

Ia berharap masyarakat Pandeglang masih bisa melihat badak. Pun, bisa mengundang wisatawan dalam negeri serta mancanegara untuk melihat satwa liar badak bercula satu.

Dia tak lupa meminta dukungan seluruh pemangku kepentingan mendorong konservasi Badak Jawa yang kini hanya tinggal 63 ekor.

“Saya berharap semua empati mampu menjadi magnet bagi wisatawan untuk hadir, meningkatkan Pandeglang dan JARISCA menjadi kebanggaan kami,” tuturnya.

Kepala TNUK Mamat Rahmat mengatakan bahwa Ujung Kulon telah menjadi aset dunia.

“Bersama kita bisa menyelamatkan keanekaragaman hayati khususnya Badak Jawa yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon, Insya Allah masyarakat dan Badak mesra, semua stakeholder, semua pihak baik pusat maupun daerah bersinergi menyelamatkan Badak beserta habitatnya, serta mensejahterakan masyarakat,” paparnya. 

Selain Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus), kondisi Badak Sumatera (Dicerorinus sumatranus) juga tak lebih baik. Badak Jawa menghadapi masalah keterbatasan luasan habitat untuk mengakomodir pertumbuhan populasinya.

Selain itu pertumbuhan Langkap (Arenga obsitulia) yang sangat cepat sehingga telah menahan ketersediaan pakan Badak Jawa.

Berdasarkan data terakhir yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),  jumlah Badak Jawa di habitat terakhirnya di kawasan TNUK sebanyak 63 ekor.

JAKARTA – Peringatan Hari Badak Sedunia dirayakan Kamis (22/9) hari ini. Di Ujung Kulon, WWF berpartisipasi pada serangkaian acara yang diselenggarakan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News