Bagaimana Masa Depan Industri Penerbangan Dunia Tanpa A380?

Moein Khaloei, peneliti di Laboratorium Transportasi Berkelanjutan Universitas Washington, menyatakan bahwa "1 kilogram bahan bakar jet mengandung energi 70 kali lebih banyak daripada baterai lithium-ion terbaik yang ada", dalam blognya.
Dengan teknologi baterai saat ini, artinya jangkauan dan muatan pesawat listrik atau hibrida sangat terhambat.
Apakah era 'burung besar' berakhir?

Saat program A380 dijadwalkan berakhir dalam waktu beberapa tahun, perkembangan saat ini mengarah ke pesawat yang lebih gesit dan dapat menempuh jarak yang lebih jauh.
Qantas milik Australia menantang pabrik pesawat untuk membuat pesawat terbang yang dapat terbang dari Australia ke kota-kota seperti London dan New York tanpa henti, pada tahun 2017 lalu.
Di tahun 2018, maskapai penerbangan Australia juga mengumumkan akan menghentikan penerbangan pesawat 747 di tahun 2020 dan menggantinya dengan Boeing 787-9, yang kini melayani penerbangan Perth ke London tanpa henti dari Qantas.
Saat ini, hanya segelintir maskapai penerbangan yang menggunakan pesawat 747 jumbo sebagai bagian dari armada reguler mereka.
"Hal yang baik dari industri penerbangan adalah sebenarnya bisnis ini kompatibel dan konsisten dengan isu lingkungan," kata Profesor Falzon.
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Dunia Hari Ini: Siswa SMA Prancis Ditangkap Setelah Menikam Teman Sekelasnya