Bagaimana Menjaring Orang Mampu

Oleh Dahlan Iskan (2)

Bagaimana Menjaring Orang Mampu
Dahlan Iskan. Foto: dok.JPNN.com

Yang ditanya tidak boleh menyebut atau mengajukan dirinya sendiri. Bahwa namanya disebut oleh profesor-doktor yang lain, tidak masalah. Saya dengar beberapa orang profesor-doktor tidak bersedia menjadi responden.

Tapi, lembaga survei Saiful Mujani dengan mudah bisa mencari penggantinya. Yang jelas, survei itu berhasil menyusun 10 besar nama-nama yang dianggap mampu memimpin Indonesia.

Mengapa hanya level profesor-doktor yang menjadi responden? Dalam suatu kesempatan, SBY menjelaskan bahwa level itu tidak diragukan lagi akan mampu menilai siapa yang layak dan tidak layak menjadi pemimpin nasional.

Terutama dilihat dari segi kemampuan atau kualitas. Bukan dari sudut popularitas atau keterpilihan.

SBY, khusus untuk ini, menghindari pendapat umum. Kalau masyarakat awam dilibatkan dalam survei itu, belum tentu hasilnya bisa memuaskan.

Belum tentu bisa terlihat sisi kemampuan yang lebih teknis dan detail dari seorang tokoh. Bisa jadi tokoh yang bisa mengemas dirinya atau terkemas oleh media yang akan terlihat.

Saya dengar sekitar 10 pemimpin redaksi media massa ikut dipilih sebagai responden. Pertimbangannya adalah untuk melihat kemampuan seseorang dari sudut akuntabilitas.

Saya beruntung bisa mendapat bocoran siapa saja yang masuk 10 besar hasil survei itu. Lengkap dengan nama dan nomor urutnya.

Meski di belakang hari banyak yang kecewa, saya akui ide awal Presiden SBY ini sangat brilian. Ide inilah yang bisa menjadi terobosan untuk menutup

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News