Bagaimana Menjaring Orang Mampu

Oleh Dahlan Iskan (2)

Bagaimana Menjaring Orang Mampu
Dahlan Iskan. Foto: dok.JPNN.com

Tapi, secara resmi tidak pernah ada pengumuman untuk itu. Baik oleh lembaga surveinya maupun oleh SBY sebagai pemilik idenya. Saya kira memang lebih baik begitu.

Mengapa respondennya hanya 200 profesor-doktor? Bukan 1.000? Pertama, itu sudah memenuhi kaidah ilmiah. Kedua, tidak perlu menghubungi profesor-doktor dari seluruh Indonesia.

Sedapat mungkin mereka adalah profesor-doktor yang tahu kapasitas pribadi tokoh yang akan diusulkan dari dekat. Orang jauh cenderung tahunya dari media atau kemasan.

Dari nama-nama 10 besar yang saya peroleh itu, harus diakui, belum ada satu pun yang popularitasnya menyamai popularitas tokoh yang waktu itu sudah beredar. Jangankan melampaui, mendekati pun belum.

Kenyataan itu di satu pihak memang menyadarkan bahwa demokrasi memiliki misterinya sendiri. Di lain pihak, sungguh berat bagi SBY untuk mencari pengganti yang ideal seperti yang dia inginkan.

Maka, menurut SBY, tugas pihak-pihak yang mencintai Indonesialah yang harus meningkatkan popularitas tokoh-tokoh yang dianggap mampu itu. Termasuk SBY sendiri.

Akhirnya, kita semua tahu, SBY memiliki cara tersendiri untuk menindaklanjuti hasil pemikirannya yang ideal tersebut. Sayangnya, SBY menempuh jalan untuk melaksanakan idenya itu melalui partainya, Partai Demokrat. Mulai dari tahap inilah ide brilian yang awalnya ’’sangat Indonesia’’ itu turun menjadi ’’sangat partai’’.

Dengan segala kemudahan dan kesulitannya. (*)


Meski di belakang hari banyak yang kecewa, saya akui ide awal Presiden SBY ini sangat brilian. Ide inilah yang bisa menjadi terobosan untuk menutup


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News