Bahas Dua Opsi Kenaikan TDL

Bahas Dua Opsi Kenaikan TDL
Bahas Dua Opsi Kenaikan TDL
Ketua Umum Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Husna Zahir mengungkapkan, rencana itu tidak terkait pilihan apakah rumah tangga kecil atau industri yang dinaikkan. Tapi harus dipandang secara lebih luas lagi. "Masyarakat kecil jelas harus tetap menjadi prioritas subsidi pemerintah. Sedangkan industri, harus dilihat masing-masing industrinya, jangan sampai justru menekan daya saing mereka," ungkapnya.

    

Sebab dikhawatirkan industri akan membebankan kenaikan TDL terhadap harga barang. Padahal sebenranya permasalahan industri masih banyak, belum tentu tariff listrik yang menyebabkan biaya tinggi (high cost). "Bisa jadi seharusnya ada faktor lain yang bisa dihilangkan sehingga industri bisa lebih efisien, jadi TDL dinaikkan pun  tidak apa-apa," tegasnya.

    

Sebelumnya, Direktur Manajemen Bisnis dan Risiko PLN, Murtaqi Syamsuddin menyampaikan hasil survei yang dilakukan enam perguruan tinggi, yaitu UI, ITB, UGM. ITS, Undip, dan Unud yang menunjukkan kenaikan TDL tidak akan menurunkan daya saing seluruh industri di Tanah-Air. "Hanya industri semen dan tekstil yang diperkirakan daya saingnya menurun akibat kenaikan TDL," lanjutnya.

    

Konsorsium enam perguruan tinggi ini juga melakukan survei soal kemampuan bayar pelanggan 450-900 VA. Hasil survei menyebutkan rata-rata pelanggan 450 VA berpenghasilan Rp741.569 per bulan dengan pengeluaran Rp699.517 per bulan, rata-rata mengonsumsi listrik sebesar 90 kWh per bulan. Konsumen pada golongan Ini memiliki kemampuan bayar Rp562 per kwh per bulan, sementara yang dibayarkan saat ini Rp414 per kwh per bulan.

    

JAKARTA - Pemerintah terus membahas rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang akan dilaksanakan pada 1 Juli nanti. Saat ini pemerintah sedang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News