Bakti Basuh Kaki, Tradisi yang Sudah Jarang Dilakukan Menjelang Imlek

Bakti Basuh Kaki, Tradisi yang Sudah Jarang Dilakukan Menjelang Imlek
Tradisi bakti basuh kaki orang tua sebelum perayaan Imlek oleh warga keturunan Tionghoa di Rumah Rasa Dharma, Gang Pinggir Pecinan, Kota Semarang. FOTO: Wisnu Indra Kusuma/JPNN.com.

Ketua Perkoempoelan Sosial Rasa Dharma Harjanto Kusuma Halim mengatakan banyak masyarakat mengenal perayaan Imlek dengan pesta dan bagi-bagi angpau.

Namun, ada nilai lain yang masih dipertahankan warga Tionghoa, yakni tradisi basuh kaki.

"Sebenarnya Imlek itu mengembalikan urusan bakti kepada keluarga. Ini wujud bakti dalam ajaran Konghucu," kata Harjanto kepada JPNN.com.

Menurutnya, tradisi perwujudan bakti atau xiao dalam ajaran Konghucu itu sudah jarang dilakukan. Walakin, Harjanto tetap menginginkan anak-anak sekarang makin mengerti peran dan jasa orang tua.

Sembari menjelaskan makna tradisi bakti basuh kaki yang berasal dari Xiao, Harjanto memutar sebuah lagu pujian yang mencerminkan kenangannya bersama mamanya.

"Saya selalu memutar lagu ini setiap acara ini. Terus terang ini juga lagu yang diputar ketika mama saya sakit di rumah sakit menjelang akhir hayatnya," ujarnya.

Syair Fu Qing Papa mengkisahkan bakti terhadap orang tua serta salah satu puisi karya Harjanto berjudul Basuh Kaki Orang Tua juga dibacakan pada acara basuh kaki. Meski pelaksanaan tradisi itu terlihat sederhana, suasananya justru penuh keharuan.

Tetes air mata terlihat di wajah para peserta tradisi basuh kaki. Tamu-tamu dari agama lain yang ikut menyaksikan acara itu juga tak kuasa menahan rasa haru.

Ketua Perkoempoelan Sosial Rasa Dharma Harjanto Kusuma Halim mengatakan banyak masyarakat mengenal perayaan Imlek dengan pesta dan bagi-bagi angpau. Namun, ada nilai lain yang masih dipertahankan warga Tionghoa, yakni tradisi basuh kaki.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News