Bakti Basuh Kaki, Tradisi yang Sudah Jarang Dilakukan Menjelang Imlek

Bakti Basuh Kaki, Tradisi yang Sudah Jarang Dilakukan Menjelang Imlek
Tradisi bakti basuh kaki orang tua sebelum perayaan Imlek oleh warga keturunan Tionghoa di Rumah Rasa Dharma, Gang Pinggir Pecinan, Kota Semarang. FOTO: Wisnu Indra Kusuma/JPNN.com.

Suasana haru memuncak ketika para orang tua melepas alas kaki. Kaki-kaki dengan kulit berkeriput akibat penuaan dicelupkan ke dalam ember.

Tak berselang lama, kaki-kaki para orang tua itu diangkat, kemudian diletakkan di atas paha anak-anak mereka. Selanjutnya, kaki-kaki basah itu dikeringkan dengan handuk kecil.

Tangis kian tidak terbendung ketika orang tua dan anak-anaknya bergantian saling memaafkan. Duduk di kursi, para orang tua itu meraih anak-anak mereka yang bersimpuh di lantai.

Prosesi selanjutnya dalam ritual basuh kaki ialah pemberian teh kepada orang tua. Teh itu dituangkan ke gelas merah kecil.

Cara menyerahkannya pun harus dengan dua tangan seperti saat bersembahyang. Pemberian teh itu sebagai lambang penghormatan dari anak kepada orang tua.

"Bagaimanapun kita tidak bisa melupakan peran dan jasa orang tua sebagai bagian dari diri kita," ucap Harjanto.

Pemuka warga Tionghoa di Pecinan Semarang itu menegaskan tradisi bakti basuh kaki bertujuan mengangkat kembali intisari Imlek yang berfokus pada keluarga.

"Betapa beruntungnya anak-anak yang masih bisa membasuh kaki mama atau papanya," terangnya.

Ketua Perkoempoelan Sosial Rasa Dharma Harjanto Kusuma Halim mengatakan banyak masyarakat mengenal perayaan Imlek dengan pesta dan bagi-bagi angpau. Namun, ada nilai lain yang masih dipertahankan warga Tionghoa, yakni tradisi basuh kaki.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News