Balitbangtan Atasi Kelangkaan Bibit Porang dengan Teknik Kultur Jaringan

Balitbangtan Atasi Kelangkaan Bibit Porang dengan Teknik Kultur Jaringan
Balitbangtan Kementan atasi permasalahan kelangkaan bibit porang dengan teknik kultur jaringan. Foto: Humas Balitbangtan

jpnn.com, JAKARTA - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian melakukan inovasi untuk mengatasi kelangkaan benih porang melalui teknologi kultur jaringan.

Peneliti Ahli Utama BB Biogen, Badan Litbang Pertanian, Ika Roostika Tambunan mengatakan, harga porang iris kering yang terus melonjak dari tahun ke tahun membuat banyak petani menanam porang.

Kendati demikian, budidaya tanaman tersebut terhambat kelangkaan dan mahalnya harga benih/bibit.

"Selama ini petani mendapatkan benih porang dari umbi, katak/bulbil atau biji pada bunga porang. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan menjamin ketersediaan bibit porang adalah dengan menerapkan teknik kultur jaringan," kata dia melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (12/3).

Menurut dia, biasanya petani menggunakan benih alami dari umbi dan katak/bulbil yang harganya mencapai Rp 150 ribu-Rp 400 ribu per kilogram.

"Sementara kebutuhan benih porang sekitar 200 kilogram per hektare sehingga petani harus mengeluarkan biaya antara Rp 30 juta-Rp 80 juta per hektare," ujar Ika.

Lebih lanjut Ika menjelaskan, sejak November 2019 hingga Desember 2020, BB Biogen berkolaborasi dengan Direktorat Perbenihan melakukan Uji Produksi Benih Porang melalui Kultur Jaringan.

Perbanyakan melalui kultur jaringan, lanjutnya, memiliki keunggulan karena bisa dilakukan secara massal dalam waktu cepat.

Balitbangtan Kementan atasi permasalahan kelangkaan bibit porang dengan teknik kultur jaringan. Simak selengkapnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News